Saturday, 5 January 2013

Kapal Penyapu RaNjau Untuk Membersihkan Rajau Di Teluk Dalam Ambon

Ambon - Diketahui masih cukup banyak ranjau warisan Perang Dunia II di Teluk Dalam Ambon, Maluku. Kapal penyapu ranjau akan dikerahkan untuk membebaskan teluk itu dari ranjau, karena Jembatan Merah Putih akan dibangun di sana. 

Kepala Balai Jalan Nasional IX Maluku dan Maluku Utara, Jefry Pattiasina, Jumat, menyatakan, "Saya berkoordinasi dengan Kementerian PU telah menyurati Mabes TNI untuk mengerahkan kapal penyapu ranjau." 

KRI Pulau Rupat-712. Foto : TNI

Pembersihan ranjau akan dilaksanakan dalam waktu dekat agar realisasi pembangunan bentangan pendekat jembatan tersebut rampung sesuai jadwal, yakni 2013. "Pembangunan fasilitas tersebut harus mempertimbangkan keselamatan pekerja maupun kerangka jembatan karena ranjau peninggalan Perang Dunia II itu sewaktu-waktu bisa saja meledak," ujarnya.

Kementerian PU melalui APBN 2012 mengalokasikan Rp115 miliar untuk pembangunan bentangan pendekat. APBN 2011 mengalokasikan Rp150 miliar. Di Poka bentangan pendekat hampir rampung, sedangkan Galala sedang dirampungkan. Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum untuk melanjutkan pembangunan bentang tengah jembatan Merah Putih sepanjang 300 meter mengalokasikan biaya Rp 416,76 miliar dan diharapkan dapat beroperasi pada 2014.

Jembatan ini menghubungkan Galala Poka-Ambon yang bisa mempersingkat waktu tempuh dari kedua tempat itu dari sekitar 1,5 jam menjadi sekitar 20-30 menit, sehingga akses ke Bandara Internasional Pattimura di Teluk Ambon menjadi lebih cepat.

Lokasi bandar udara ini cukup unik, persis di ujung Teluk Ambon di mana sisi yang lain terletak Kota Ambon. Pemakai jasa penerbangan bisa mencapai Bandar Udara Internasional Pattimura melalui jalan darat menyusuri Teluk Ambon atau memotong perairan teluk itu memakai perahu cepat. 



Sumber : Antara

Penambahan Alutsista TNI AU Cukup Signifikan


Makasar - Kedepan mulai Renstra Pembangunan TNI AU Tahun 2010-2014, kita akan menambah alat utama sistem senjata alutsista yang cukup signifikan, sekitar 102 pesawat baru yang terdiri atas F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, Hercules,Helikopter Cougar, Grob, KT-I, Boeing 737-500 maupun Radar akan segera memperkuat TNI Angkatan Udara.

T-50 Golden Eagle dan Persenjataannya. Foto : Maju Indonesiaku

Demikian sambutan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya TNI I.B. Putu Dunia dalam sambutannya yang dibacakan Kadisops Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb Widyargo Ikoputra, S.E, mewakili Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Barhim pada Apel khusus menyambut tahun baru 2013, Jumat, (4/1) di Hanggar Skadron Udara 11 Wing 5 yang diikuti oleh seluruh anggota Lanud Sultan Hasanuddin dan Batalyon 466 Paskhas, baik militer maupun Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya dikatakan, keberhasilan pelaksanaan tugas Angkatan Udara tidak hanya ditentutan oleh kualitas dan kuantitas alat utama yang kita miliki, akan tetapi yang menentukan adalah kemantapan jati diri dan loyalitas dari segenap prajurit serta kesadaran akan tanggung jawab yang mendalam terhadap tugas-tugas yang dihadapi. Kondisi dan kekuatan mental inilah yang harus selalu kita mantapkan dan tingkatkan dari waktu ke waktu, seiring dengan peningkatan profesionalitas sumber daya manusia Angkatan Udara.

Dikatakan, tahun 2012 zero accident belum berhasil kita wujudkan, hal ini perlu upaya lebih keras lagi, bukan saja dari para pelaksana di lapangan, melainkan juga dari pimpinan sebagai penentu kebijakan organisasi, perencana kegiatan, pengambil keputusan, unsur pengadaan materiil, pelayanan personel, pemeliharaan dan pendukung lainnya.

Oleh sebab itu, lanjut Kasau, salah satu upaya yang harus terus kita utamakan adalah mewujudkan zero accident secara berkesinambungan, kita harus fokus pada efesiensi dan efektivitas di segala bidang untuk menghasilkan kesiapan operasional yang optimal. “Upaya Pembenahan dan penyempurnaan di segala bidang harus terus dilanjutkan sejalan dengan dinamika pemantapan satuan, sehingga output akhir dalam peningkatan kemampuan dan kesiapan operasional dapat benar-benar dicapai dan diwujudkan”. Tegas Kasau.



Pembentukan Komando Pertahanan Laut Menunggu Persetujuan Presiden

Jakarta - Pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) dipastikan akan terwujud, menyusul adanya persetujuan di tingkat Markas Besar TNI dan menunggu proses persetujuan Presiden. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama  TNI (P) Untung Suropati menjelaskan, Kohanla nantinya akan membawahi tiga armada yaitu Armada Barat, Armada Tengah dan Armada Timur.


"Dalam forum apel komandan satuan kemarin sudah dipaparkan perubahan mendasar adalah validasi organisasi TNI AL. Ini sudah disetujui di tingkat Mabes TNI, mulai dari pengembangan armada, marinir, perkembangan atau penambahan organisasi baru," kata Kadispenal Untung Suropati di Jakarta, Jumat (4/1).

Pengembangan postur ini menurut Untung akan diikuti oleh strata kepangkatan. Untuk Kohanla akan dipimpin oleh pangkat Laksamana Madya (Laksdya). Sedangkan masing-masing armada dipimpin oleh Laksamana Muda.

Pemekaran postur yang juga disetujui oleh Mabes TNI yaitu pembangunan satu pasukan marinir (Pasmar) yaitu Pasmar III di Sorong. Meski mengaku belum dikaji lebih jauh, namun jumlah personel Pasmar di Sorong, menurut Kadispenal idealnya setara dengan satu divisi di angkatan darat.  

Hingga kini pembangunan infrastrutur untuk Armada Tengah diakui Untung, belum dilakukan karena menunggu keputusan presiden terkait revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI. "Dari Mabes TNI yang sudah menyetujui akan diajukan ke pemerintah. Pembangunan menunggu persetujuan presiden terlebih dahulu," pungkasnya.



Sumber : Kominfo

Friday, 4 January 2013

Indonesia Berkomitmen Untuk Terus Mengawal Sengketa Laut China Selatan

Jakarta - Indonesia berkomitmen untuk terus mengawal jalannya penanganan sengketa Laut China Selatan secara damai. Hal tersebut merupakan bagian dari kontribusi Indonesia dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

Sebelumnya pada 2012 lalu, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa melakukan manuver diplomasi selama 36 jam non-stop untuk meredakan ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan. Tahun itu Indonesia juga sempat dipusingkan oleh ulah Kamboja yang menghalangi terbentuknya pernyataan bersama antara negara-negara ASEAN terkait sengketa tersebut.

Perairan Laut Cina Selatan. Foto : IST

Buntunya penyelesaian konflik juga dikhawatirkan terjadi pada tahun ini. Saat ini keketuaan ASEAN dipegang oleh Brunei sedangkan Sekretaris Jenderal ASEAN akan dijabat oleh Le Luong Minh dari Vietnam, keduanya adalah negara yang memiliki klaim di Laut China Selatan.

Kedua negara tersebut ditakutkan menggunakan posisinya di ASEAN untuk memenuhi kepentingannya di Laut China Selatan. Namun Marty menyatakan hal tersebut tidak akan mengganggu penyelesaian damai karena November lalu China telah menyepakati deklarasi penyelesaian damai dengan ASEAN. “Pada tahun 2013, Indonesia akan berupaya membangun momentum pelaksanaan penyelesaian damai yang telah disepakati negara-negara ASEAN dan China,” ujar Marty dalam pidato tahunannya di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (4/1/2013.

“Namun penyelesaian damai di Laut China Selatan tetap memerlukan kesedian semua pihak untuk mengedepankan kepentingan bersama serta menghormati hukum internasional dan hukum laut internasional," paparnya. Laut China Selatan sendiri dipersengketakan oleh China dengan 4 negara anggota ASEAN, yakni Vietnam, Malaysia, Brunei dan Filipina. China menyatakan Laut China Selatan adalah bagian wilayahnya berdasarkan catatan sejarah masa Kekaisaran China.



Sumber : Okezone

Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati


Israel - Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir yang tangguh, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli.


Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.

Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention). Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.

Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut. Kesempatan inilah yang sangat mahal, para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.



Sumber : Pelita Online

Setelah Sipadan – Ligitan Malaysia Mengincar Lagi Pulau Berhala Island Milik Indonesia


Sumut - Pulau berhala yang menjadi salah satu pulau terluar NKRI dan dibawah otorita Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai memiliki banyak potensi alam yang menarik perhatian wisatawan. Tidak heran bila pulau seluas 2,5 km2 ini juga menjadi incaran Malaysia.

Menurut Komandan Pleton Pulau Berhala, Letnan I Marinir Arief Nugroho, sejak tahun 2006 setidaknya 34 personil TNI yang terdiri dari 24 marinir dan 10 angkatan darat ditugaskan untuk menjaga pulau yang menyimpan berbagai jenis terumbu karang, 22 spesies, penangkaran penyu, dan tipografis alam yang eksotis. "Sebelumnya yang menjaga pulau ini hanya tim navigasi saja, namun ketika muncul isu perebutan pulau Berhala oleh Malaysia, pemerintah menurunkan pengamanan ketat di kawasan ini," ujar Arief.


Arif menambahkan, pihaknya dilengkapi berbagai persenjataan seperti senapan otomatis, senjata laras panjang dan mitra liur untuk menghadapi ancaman dari luar. "Sesekali Malaysia masih memantau pulau ini lewat jalur udara. Tugas kita hanya mengamankan saja, kalau ada ancaman kita lapor ke kesatuan atas," lanjutnya.

Untuk menguatkan status kepemilikan pulau Berhala, maka pihaknya dan Pemkab Serdang Bedagai mulai membuka pulau ini bagi para pelancong sejak setahun terakhir. "Kita mau menunjukan kepada masyarakat kalau pulau ini milik masyarakat Indonesia. Mereka (wisatawan, red) harus tahu dan melihat langsung betapa indahnya pulau Berhala ini."

Setidaknya sejak setahun terakhir, ratusan pelancong berkunjung ke pulau Berhala. Begitu juga pada perayaan pergantian tahun 2012 - 2013. Setidaknya 250 pengunjung memadati pulau yang berjarak 60 mil ke Malaysia ini.

Arief juga meminta kepada pemerintah untuk lebih mengembangkan potensi alam pulau Berhala. Seperti pembangunan sarana dan prasarana, mulai dari akses penyebrangan, dermaga, tempat tinggal dan sinyal komunikasi. Untuk mengunjungi Pulau Berhala, perjalanan membutuhkan waktu 4 Jam lebih dari Pantai Beringin Sergei, Sumut.



Sumber : Kabarcepat

Pemerintah Akan Buat Skuardon Pesawat Tanpa Awak


Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan pada tahun 2013 pihaknya akan membuat satu skuadron pesawat tanpa awak untuk kepentingan mata-mata sistem pertahanan nasional. "Kementerian Pertahanan meminta untuk dibuatkan satu skuadron pesawat tanpa awak. Setidaknya pembuatannya untuk keperluan memata-matai," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Kamis.

Pesawat Tanpa Awak Buatan Dalam Negeri. Foto : Detik.com / Ahmad Juwari

Gusti Muhammad Hatta mengatakan pesawat tanpa awak merupakan salah satu fokus pengembangan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang akan dilakukan lembaganya tahun ini, selain rencana pembuatan roket serta satelit. 

Menurut dia, selain untuk keperluan pertahanan pesawat tanpa awak juga dapat berfungsi membantu menghasilkan hujan buatan dan keperluan pengamatan di daerah berbahaya. "Pesawat tanpa awak dapat masuk menembus awan untuk menabur garam membuat hujan buatan, serta untuk mengamati gunung berapi yang berbahaya apabila dilakukan pesawat berawak. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengamati praktik `ilegal fishing` dan `ilegal logging`," kata dia.

Gusti mengatakan di luar negeri pesawat tanpa awak sudah digunakan untuk kepentingan perang. Di Israel misalnya, pesawat tanpa awak dilengkapi dengan senjata untuk menembak. Sejauh ini Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menghasilkan sejumlah pesawat tanpa awak. 

Ia mengatakan bahwa dalam pembuatan skuadron pesawat tanpa awak, Kemenristek kembali akan menggandeng dua lembaga tersebut.  "Sejauh ini LAPAN sudah membuat satu pesawat tanpa awak ukuran kecil. Sedangkan BPPT sudah mengembangkan tiga kelas pesawat tanpa awak yakni ukuran kecil, sedang dan besar," kata dia. Pendanaan pesawat tanpa awak menurut dia akan disediakan oleh Kementerian Pertahanan.



Sumber : Antara

Thursday, 3 January 2013

Banyak Pihak Yang Meragukan Korsel dan Indonesia Membuat Pesawat Tempur Siluman


Jakarta – Banyak pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.



Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.

Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.

Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.

Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara.



Sumber : Pelita Online

Kekuatan TNI AU Yang Sebenarnya Akan Terlihat Pada Tahun 2024


Jakarta - Rencana TNI AU yang akan diperkuat 102 pesawat baru sebagai bagian dari rencana strategis (Renstra) dan pemenuhan Minimum Essential Forces (MEF), dianggap tidak lepas dari perencanaan modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) secara umum saja. Sebab, secara prinsip, perkuatan TNI AU yang sesungguhnya baru akan terlihat 2024 nanti.

Pesawat Tempur TNI AU. Foto : Bukusuma-indoflyer

“Melihat perkuatan TNI AU tidak lepas dari perencanaan modernisasi Alutista secara umum. Secara prinsip, perkuatan tersebut baru terlihat 2024. Berapa skadron yang dibutuhkan, mulai dari pesawat tempur, latih dan angkut, “ ujar pengamat pertahanan Muradi, ketika dihubungi itoday, Rabu (2/1).

Muradi menganggap apa yang diungkapkan adalah bagian dari perencanaan, dan tidak ada masalah dengan perencanaan tersebut. Hanya kemudian harus digarisbawahi, sejauh mana renstra itu implementatif.  “Saya tetap pada dua hal, pertama, dia harus tidak menggunakan alutsista yang sifatnya satu pintu, karena ini menyangkut maintenance ke depan. Jika bermasalah dengan HAM maka akan mendapatkan kesulitan. Kedua, lebih kepada penggunaan produk local. Untuk pesawat tempur, Indonesia baru bisa kerjasama dengan Korea Selatan, “ tuturnya.

Pengamat pertahanan yang juga dosen di FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung ini mengungkapkan, bicara pertahanan juga bicara anggaran dan komitmen pemerintah. Dari situ dapat terlihat apakah yang diungkapkan KSAU itu rasional atau tidak. Kalau melihat polanya 2024 itu masih rasional, hanya masalahnya dalam konteks realisasi.

Muradi menilai, pesawat yang dibeli seperti sukhoi, f-16 dan super tucano secara prinsipil sudah oke, yang menjadi masalah adalah bagaimana menambah dan memperkuat yang ada. Sedangkan proses modernisasi adalah lebih kepada kebutuhan pesawat angkut yang kebanyakan sudah uzur. “Mungkin tahapan sampai 2014 hanya kepada pergantian pesawat lama menjadi pesawat baru, sedangkan untuk tahapan 2024 mungkin berfokus pada modernisasi bukan sekedar mengganti, tetapi juga menambah. Bagi saya, bicara 2024 bukan lagi pemenuhan MEF, tetapi justru mewujudkan kekuatan maksimum agar kembali menjadi raja di Asia Tenggara, “ ujarnya.

Ketika ditanya pendapatnya tentang jumlah ideal pesaawt tempur yang seharusnya dimiliki TNI AU, Muradi memberikan perhitungan yang cukup mengejutkan, dimana Ia menilai Indonesia setidak memiliki 20-30 skadron pesawat tempur. “Kalau bicara standar, saya kira perlu 20-30 skadron tempur dimana satu skadron berisikan 16-18 pesawat tempur. Tetapi idealnya Indonesia butuh 50-60 skadron untuk mengcover, “tandasnya.




Sumber : itoday

DPR Akan Menanyakan Realisasi Pembelian Kapal Selam dari Korsel


Jakarta - Komisi I DPR menyetujui rencana pemerintah untuk membeli tiga unit kapal selam dari Korea Selatan. Syaratnya, pembelian itu disertai  alih teknologi. Syarat ini diajukan DPR agar suatu saat Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri. Teknis alih teknologi itu, satu dari tiga kapal selam yang akan dibeli harus dikerjakan di dalam negeri. PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, akan dipilih untuk menggarap kapal selam itu. 

The Chang Bogo Class. Foto : Military-today

Anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi mengatakan, seusai masa reses ini pihaknya berencana menggelar rapat kerja dengan pemerintah untuk mengetahui perkembangan realisasi pembelian kapal. Komisi I berharap ketiga kapal yang dipesan cepat kelar dan pada 2014 sudah siap digunakan untuk memperkuat pertahanan TNI Angkatan Laut. 

"Ini sebenarnya program tahun jamak 2010-2014. Saya lupa berapa anggaran totalnya bagi tiga kapal selam itu. Tapi, yang penting sejauh mana kontrak dan pengerjaannya berjalan," kata Helmy Fauzi, Kamis (3/1).

Selain membeli kapal, Helmy mengungkapkan, Indonesia sedang merajut kerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat tempur KFX. Pesawat tempur varian baru dari generasi F-16 asal Amerika Serikat ini akan dibikin bersama oleh insinyur Indonesia dan Korsel.  "Kita harapkan produksi KFX segera diwujudkan guna memenuhi modernisasi pesawat tempur TNI AU," kata Helmy. 

Pekan lalu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia mampu membikin kapal selam setelah teknisi PT PAL belajar dari Korsel. Kini PT PAL sedang bersiap memproduksi alutsista kelautan seperti kapal selam, kapal tunda, dan kapal rudal cepat.



TNI AL Perbanyak Latihan Bersama Negara Lain


Jakarta - Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya TNI Marsetio, mengatakan TNI AL harus terbuka terhadap pandangan global dan memperbanyak latihan-latihan bersama dengan instansi terkait dari luar negeri. Apa yang sudah dilakukan selama ini akan diteruskan dan dipertajam. "Program Kasal sebelumnya, yakni Laksamana Soeparno, akan saya teruskan dan pertajam. Selama menjadi Kasal, cita-cita saya adalah kita harus semakin membuka diri di era globalisasi sekarang ini," kata Marsetio saat acara pisah-sambut Kasal di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (2/1). 

Menurut dia, Laksamana Soeparno telah melakukan itu dengan baik. "Pak Soeparno telah mengawali latihan-latihan bersama dengan sejumlah angkatan laut negara lain. Saya akan mempertajam kebijakan itu," kata lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut pada 1981 itu. Dalam pidatonya, Marsetio mengaku mendapatkan banyak bimbingan dari seniornya, Soeparno, yang akan pensiun pada 1 Oktober mendatang. "Saya berharap, sambil menunggu masa pensiun, Bapak Soeparno tetap menjadi bagian dari TNI AL," kata dia.

TNI AL Latihan Bersama Dengan US Navy

Marsetio sudah mengenal Soeparno sejak masih di Akademi Angkatan Laut. Soeparno yang merupakan lulusan tahun 1978 kerap selalu membawa Marsetio membantu pekerjaanya di sejumlah satuan. "Beberapa kali saya menjadi staf beliau," ujar dia. Saat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut di Armada Timur, Marsetio menjadi bawahan Soeparno, termasuk saat ramai persoalan Ambalat pada 2005, hingga saat Soeparno menjadi Komandan Armada Bagian Barat. Terakhir, ketika Soeparno menjadi Kasal, Marsetio dipercaya menjadi wakasalnya. "Beliau selalu membimbing saya hingga sekarang saya menjadi Kasal," kata dia. 

Lebih jauh, Marsetio menyatakan akan menyesuaikan program kerja TNI AL sesuai perkembangan dinamika. "Terutama disesuaikan dengan kebijakan pemimpin dan alokasi anggaran yang ada," kata dia.
Peremajaan Alutsista Namun, yang jelas, Marsetio menyatakan dirinya akan tetap mengacu pada pencapaian kekuatan pokok minimal (minimun essential forces/MEF). "Tak hanya dalam hal peremajaan alat utama sistem senjata/alutsista, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan prajurit," jelasnya. 

Prioritas perwujudan MEF, antara lain meningkatkan kemampuan mobilitas TNI AL, meningkatkan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan menyiapkan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya. Marsetio juga menjelaskan pembangunan MEF diimplementasikan dalam tiga rencana strategis (renstra) hingga tahun 2024 yang diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel, dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan.

Menurut dia, percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak. Sejumlah persoalan yang mungkin akan dihadapi pada 2013, antara lain perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. "Perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," katanya.

Dalam sambutan perpisahannya, Soeparno berharap Marsetio semakin mengibarkan TNI AL. Dia bahkan meminta Marsetio membawa TNI AL maju secara signifikan melalui alunan lagu. "Saya yakin dan percaya TNI AL akan lebih maju. Harapan saya, seluruh jajaran TNI AL ikut bekerja kerja keras mewujudkan cita-cita membangun postur TNI AL yang ideal," jelas dia.

Secara terpisah, Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia, saat apel khusus menyambut 2013 di di Mabesau,mengatakan sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis. "Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara," kata Kasau.

Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam renstra TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. "Kemungkinan ancaman dan kontinjensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan, dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan," jelas dia.



Sumber : Koran Jakarta

Wednesday, 2 January 2013

TNI AL Harus Menjadi Kekuatan yang Disegani Negara Lain


Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio mengungkapkan TNI AL perlu melakukan penyesuaian untuk menjawab perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan sulit diprediksi seperti yang terjadi saat ini. Menurutnya, kondisi ini berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan tugas dan pembangunan TNI AL. Karenanya TNI AL terus berupaya untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) alat utama sistem senjata (alutsista).

Dua Kapal Perang RI Jenis LST KRI Banjarmasin 592 dan Jenis Fregat KRI Ahmad Yani 351 Melaksanakan Peran Pembekalan di Laut dengan Melaksanakan Tansfer Material Logistik pada saat Melintas di Perairan Tanjung Kemuning. Foto : Dispenarmabar.

Kondisi yang dimaksud Marsetio seperti perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Marsetio yang baru saja dilantik menjadi KSAL berkomitmen melanjutkan kebijakan yang telah digariskan oleh KSAL yang lama Laksamana TNI Soeparno sesuai visi TNI AL, Panglima TNI dan arahan Presiden SBY.

"Terwujudnya TNI AL yang handal dan disegani sesuai dengan perkembangan strategis dan kebijakan komando atas. Prioritas pembangunan TNI AL guna mendukung TNI AL yang handal dan disegani, antara lain, meneruskan validasi organisasi, modernisasi alutsista melalui pengadaan, revitalisasi, rematerialisasi, relokasi dan penghapusan guna mencapai percepatan Minimum Essential Force (MEF),"kata Marsetio dalam acara Pisah Sambut Kepala Staf Angkatan Laut di Mabes TNI AL Jakarta, Rabu (2/01).

Dalam mewujudkan MEF dilakukan melalui peningkatan kemampuan mobilitas TNI AL, peningkatan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan penyiapan pasukan siaga (standby force). "Untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya,"ujarnya.

Pembangunan MEF ini diimplementasikan dalam tiga renstra hingga tahun 2024 dengan proyeksi pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan. Sementara percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai, serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.



Sumber : Jurnas

Kekuatan Angkatan Udara Merupakan “Bargaining Power” Saat Menyelesaikan Konflik Antar Negara


Jakarta - Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional  dan perkembangan lingkungan strategis. Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi “bargaining power” dalam upaya menyelesaikan konflik antar negara.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara  Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia pada apel khusus tahun baru 2013 di Mabesau Cilangkap, Rabu (2/1) dengan dihadiri Kasum TNI Marsdya TNI Daryatmo, Wakasau Marsdya TNI Dede Rusamsi, serta para pejabat Mabesau.



Dikatakan, kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam rencana strategis TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. Kemungkinan ancaman dan kontijensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan.

“TNI AU akan menambah alat utama sistem senjata yang cukup signifikan. Seratus dua pesawat baru yang terdiri dari F-16, T-50,Super Tucano, CN-295, Hercules, Helicopter Cougar, Grop, KT-1, Boeing 737-500, maupun radar akan segera memperkuat TNI AU. Hal ini tentunya akan menambah kebanggaan, sekaligus tantangan dalam upaya menyusun kekuatan maupun pemeliharaannya”, ungkap Kasau.

Menurutnya, Zero Accident pada tahun 2012 belum berhasil diwujudkan. Untuk itu diperlukan upaya lebih keras lagi, bukan saja dari para pelaksana di lapangan, melainkan juga dari pimpinan sebagai penentu kebijakan organisasi, perencana kegiatan, pengambil keputusan, pelayanan personel, pemeliharan dan pendukung lainnya.

Selain itu, terkait dengan pencitraan TNI AU di masyarakat, Kasau berharap agar peristiwa kekerasan personel terhadap wartawan di Pekanbaru lalu tidak terulang. Personel TNI AU harus bertindak profesional  berdasarkan SOP dan hukum yang berlaku, menyeimbangkan kebutuhan keamanan keselamatan, tidak mudah emosi, serta lebih persuasif dalam menghadapi wartawan maupun masyarakat.



Sumber : Dispenau

Perkembangan Situasi Kawasan yang Dinamis Mempengaruhi Pembangunan Kekuatan TNI AL

Jakarta - Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Marsetio, mengatakan, perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan sulit diprediksi mempengaruhi terhadap pembangunan TNI AL. Di antara yang terlihat saat ini, perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan.

"Hal ini perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," kata Marsetio, dalam acara Pisah Sambut Kepala Staf TNI AL, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap Jakarta Timur, Rabu.

Formasi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) TNI AL Saat Latihan Gabungan TNI di Perairan Makasar. Foto : Tempo

Oleh karena itu, dia berkomitmen melanjutkan kebijakan pendahulunya, Laksamana TNI Soeparno. Presiden Susilo Yudhoyono dan jajarannya, Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, juga menggariskan perwujudan TNI AL yang handal dan disegani sesuai dengan perkembangan strategis dan kebijakan komando atas.

"Prioritas pembangunan TNI AL guna mendukung TNI AL yang handal dan disegani, antara lain, meneruskan validasi organisasi, modernisasi alutsista melalui pengadaan, revitalisasi, rematerialisasi, relokasi dan penghapusan guna mencapai percepatan Minimum Essential Force (MEF)," kata Marsetio.

Kebijakan dasar pembangunan TNI AL diarahkan menuju MEF, yang mengacu pada konsep pembangunan postur ideal TNI AL jangka panjang dengan fokus perhatian dalam mewujudkan MEF. "Prioritas perwujudan MEF adalah peningkatan kemampuan mobilitas TNI AL, peningkatan kemampuan satuan tempur dan penyiapan pasukan siaga untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya," tuturnya.

Menurut dia, salah satu tugas TNI AL adalah melakukan diplomasi angkatan laut (naval diplomacy) dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri, hal itu perlu ditingkatkan dengan sikap membuka diri. "Pada era global kita harus semakin membuka diri," ucap Marsetio.



Sumber : Antara

Pemerintah Anggarkan Rp. 1,6 Trilyun untuk Pembangunan di Perbatasan Timor Leste


Atambua - Anggaran pembangunan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, wilayah batas negara RI-Timor Leste sepanjang 2012 berjumlah Rp1,6 triliun, bersumber dari APBD kabupaten dan anggaran non APBD, kata Bupati Belu Joachim Lopez di Atambua, Rabu. Dari komposisi sumber anggaran tersebut, kata Joachim, sumbangan terbesar bersumber dari alokasi anggaran non APBD Kabupaten Belu hingga mencapai Rp814,1 miliar atau 50,87 persen dan sisanya yang merupakan dukungan murni APBD Kabupaten Belu berjumlah Rp786,4 miliar atau 49,13 persen.

Disebutkannya, sumber alokasi anggaran dari non APBN masing-masing berasal dari APBD provinsi yang bersumber dari dana dekonsentrasi, alokasi pos tugas pembantuan satuan kerja di kabupaten, pos tugas pembantuan satuan kerja di kementerian, sumber pos dana urusan bersama, dana kantor daerah serta sumber anggaran dari pos LSM/NGO.

Pos Perbatasan Republik Indonesia Dengan Timor Leste. Foto : Antara

Khusus untuk proses paket barang dan jasa berjumlah 224 paket dengan total anggaran Rp153,567 miliar, untuk non APBD atau yang bersumber dari APBN berjumlah Rp58,995 miliar dan yang bersumber dari APBD Kabupaten Belu benilai Rp46,98 miliar dengan jumlah paket 46.

Joachim mengatakan, besaran bantuan alokasi anggaran dari pemerintah pusat melalui APBN, sudah berjalan cukup lama, mengingat Kabupaten Belu adalah serambi NKRI yang membutuhkan banyak perhatian untuk peningkatan kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. "Kita patut memberikan apresiasi kepada pemerintah pusat yang terus memberikan perhatian yang cukup tinggi kepada masyarakat di Kabupaten Belu," katanya.

Untuk alokasi dan realisasi posisi dana tugas pembantuan satuan kerja Kabupaten Belu, kata mantan Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, sepanjang 2012 terdapat sembilan satuan kerja dengan rata-ratanya belum mencapai 100 persen realisasi. "Yang sudah mencapai realisasi 100 persen keuangan dan fisik ada pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah dengan alokasi anggaran Rp12,8 miliar," katanya.

Sementara untuk RSU Atambua, dengan alokasi anggaran Rp35 miliar, realisasi keuangan 100 persen, realisasi fisik 90 persen. Hal lain terjadi pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dimana realisasi fisik mencapai 100 persen, realisasi keuangan 98,53 persen atau Rp7,1 miliar dari total anggaran Rp7,2 miliar.

Untuk Satuan kerja lainnya, masing-masing Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Sekretariat Daerah (Bagian Pemerintahan), Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Pengelola Perbatasan, serta Dinas Kesehatan, rata-rata sudah melampaui 50 persen, fisik dan anggaran. Ia mengingatkan kepada dinas teknis untuk selalu mengawasi setiap pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan, agar bisa berjalan sesuai dengan peruntukan hingga mencapai tujuannya.

Menurut Joachim, sejumlah hal yang menjadi kendala pelaksanaan pembangunan di wilayah serambi NKRI sepanjang 2012 itu, antara lain, keterlambatan petunjuk teknis dari pemerintah pusat, terjadi likuidasi sumber dana PAD/bagi hasil provinsi serta keterlambatan perencanaan fisik. Pemerintah dan pihak ketiga ke depannya kata Joachim akan lebih proaktif soal petunjuk teknis, peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat serta optimalisasi PAD dengan tertib upaya pencapaian target.



Sumber : Antara

Tuesday, 1 January 2013

Satgas Kizi TNI Bantu Organisasi Migrasi Internasional di Haiti


Haiti - Pasca terjadinya bencana alam gempa bumi yang hebat di Haiti, hampir memporakporandakan seluruh sarana dan prasarana yang ada, banyak badan kemanusiaan dan tenaga sukarela yang datang guna membantu korban bencana alam tersebut. Badan kemanusiaan tersebut, antara lain WFP dan UNHCR yang merupakan Badan PBB dan bergerak mengurusi bidang pangan serta pengungsi.



Disamping itu, banyak terdapat tenaga sukarela yang tergabung dalam suatu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kemanusiaan, salah satunya adalah International Organization of Migration (IOM).

IOM atau yang lebih dikenal dengan Organisasi Migrasi Internasional merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berafiliasi dengan salah satu Badan PBB, yang mengurusi masalah makanan yaitu World Food Program (WFP). Organisasi ini bertugas mengurusi masalah kependudukan yang meliputi kebutuhan akan sandang, pangan dan papan bagi masyarakat Haiti yang menjadi korban keganasan bencana alam gempa bumi pada tahun 2010 silam.

Terkait hal tersebut dan sesuai dengan Internal Working Order (IWO) No. 723, Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti) dengan Komandan Satgas Letkol Czi Arief Novianto membantu kegiatan pemindahan container sebanyak 6 unit dari lingkungan kantor International Organization of Migration ke komplek pergudangan World Food Program yang berada di Gonaives, Haiti, Senin (31/12/2012).

Menurut Lettu Czi Komang selaku Perwira Seksi Operasi Satgas, dalam kegiatan pemindahan container Satgas Kizi TNI mengerahkan satu 1 unit crane dan beberapa personel Satgas. Kegiatan ini berjalan dengan lancar, dan diharapkan terjalin komunikasi dan kerjasama yang baik antara Satgas Kizi TNI dengan badan-badan kemasyarakatan lainnya di waktu mendatang.



Angkatan Laut Iran Uji Coba Rudal Qader dan Nour


Iran - Angkatan Laut (AL) Iran berhasil melakukan uji kemampuan rudal Qader dan Nour dalam latihan perang Velayat 91 hari ke 5, Selasa (1/1/2012).

"Selama latihan perang berlangsung, rudal Qader, rudal anti pesawat buatan Iran yang mampu menjangkau sasaran sejauh 200 km, berhasil membidik target dengan tepat dan menghancurkan sasaran," ungkap Amir Rastegari, Laksamana Angkatan Laut yang menjadi juru bicara selama latihan Velayat 91.
 
AL Iran uji coba rudal

Rastegari menambahkan, AL Iran juga berhasil melakukan uji coba rudal Noar, rudal jarak menengah yang desainya dikembangkan dari rudal buatan China. "Semua uji coba yang dilakukan terhadap versi baru rudal Noar, yakni rudal Noar Export Version berhasil dilakukan dengan sukses," imbuh Rastegari seperti diberitakan dalam Presstv.

"Rudal yang ditembakan dari permukaan tersebut dirancang untuk menghancurkan target yang berada di pemukaan," lanjut Rastegari.

Rastegari mengatakan, pada hari ke-4, AL Iran berhasil melakukan uji coba versi terbaru rudal Ra'd (Thunder) dan rudal Nasr (Kemenangan). Versi terbaru rudal Ra'd mampu membidik target pada jarak menengah ke atas permukaan udara.

Latihan perang yang digelar sejak Jumat (28/12/2012) hingga Rabu (2/1/2013) bertujuan memamerkan kemampuan dasar pertahan AL Iran atas wilayah perairan. Latihan yang digelar selama enam hari tersebut diselanggarakan di Selat Hormuz, Teluk Oman, dan bagian utara laut India.



Sumber : Sindonews

Mengenang Kembali Operasi Trikora


Pernah PM Singapura Lee Kuan Yew dalam sebuah pidato tanpa teks di sebuah gedung teater bulan Agustus 1990, dengan isengnya menyebut perebutan Irian Barat merupakan ambisi pribadi Soekarno, karena dia tak mampu memberi makan rakyatnya, sehingga dialihkan ke sebuah gelora semangat yang bisa melupakan rasa lapar perut rakyat. Ucapan itu beberapa waktu kemudian didamprat langsung oleh Soeharto, seorang sahabat kentalnya.



Dalam pertemuan mereka di Batam setelah ucapan Lee Kuan Yew itu, Soeharto secara halus dengan ke-Jawa-annya, mengatakan langsung kepada Lee, bahwa perebutan Irian Barat bukan ambisi seseorang, tapi amanat proklamasi. Artinya, wilayah Irian Barat adalah sebuah kemutlakan sejarah sebagai milik bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke.

Achmad Yani...Perang..!!!!

Untuk merebut Irian Barat, Soekarno punya koleksi diplomat ulung yang bisa dengan rasional mengatakan pada lawan bicara bahwa hitam itu putih, dan putih itu hitam. Sebut saja Menteri Luar Negeri Soebandrio, Duta Besar Mukarto Notowidigdo, Duta Besar RI di Washington Zairin Zain, Duta Besar RI Adam Malik di Moskow, juru bicara Deplu Ganis Harsono atau diplomat muda Alex Alatas, untuk menyebut beberapa contoh.

Simpanan Soekarno di kubu militer sebagai otak strategi bertempur merebut Irian Barat, diisi oleh beberapa perwira muda cemerlang berotak strategis. Hanya dalam hitungan minggu setelah mengumumkan Trikora, Soekarno langsung mengangkat Achmad Yani sebagai Menteri Pangad (Kepala Staf Angkatan Darat), dan menunjuk Soeharto sebagai panglima yang bertanggung penuh di lapangan secara militer. 

Diangkatnya Yani sebagai Pangad, membikin banyak pihak musuh (Belanda dan kawan-kawan) terperanjat. “Wah, ini-mah perang!”, demikian penilaian mereka terhadap Yani. Dia adalah tipe prajurit pejuang dan tempur, yang dalam melaksanakan suatu strategi, sering berada diluar perhitungan pihak lawan. Seperti yang dia buktikan waktu menumpas pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera, tahun 1958.

Achmad Yani
Pada waktu kota Pakanbaru (Riau) dikuasai pemberontak, Yani melakukan manuver ‘airborne attack’, yang membuat usaha ‘silent operation’ dari Amerika buyar. Waktu itu Amerika mendukung pemberontak dan sudah siap-siap dengan Armada Ketujuh-nya di Selat Malaka (tak jauh dari kota Pakanbaru), untuk melakukan sebuah intervensi pendadakan. Yani menghancurkan rencana itu beberapa hari sebelum musuh melakukannya.

Soekarno boleh bangga punya stok perwira tangguh, diplomat ulung dan gelora semangat rakyat yang sebagian besar mau mengikuti komandonya merebut Irian Barat. Tapi itu belum cukup. Otot militer Indonesia masih kendor. Tidak terlalu siap dan kuat untuk berkelahi dengan militer pihak musuh. Namun itu hal yang gampang dan masalah kecil bagi Soekarno. Dia punya stok teman-teman untuk mendapatkan senjata. Dari negara barat tentunya kurang mungkin, karena mereka lebih menoleh ke Belanda, dalam bentuk simpati daripada mendukung Indonesia. Nah, siapa lagi kalau bukan negara-negara komunis untuk minta batuan senjata? 

Jadilah Uni Soviet sebagai arsenal Indonesia untuk berperang melawan Belanda. Ini membuat penampilan militer agak unik di dunia waktu itu. Kebanyakan perwira tinggi militer Indonesia, pernah mengenyam pendidikan militer di Amerika Serikat. Ketika mereka harus bertempur, untuk merebut Irian Barat, mereka memakai hampir semua senjatanya hasil buatan Uni Soviet. Dua kombinasi aneh, mengingat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang dalam perang dingin ketika itu. 

Pada waktu berkunjung ke Uni Soviet bulan September 1989, Soeharto menyampaikan rasa terima kasih Indonesia secara langsung kepada Mikhail Gorbachev, atas bantuan Uni Soviet untuk Indonesia dalam merebut propinsi yang sekarang bernama Papua itu. Ini sebuah bukti bahwa Uni Soviet mendukung penuh Indonesia dalam merebut Irian Barat, baik moral, diplomatik dan tentunya senjata. 

Sebagai orang yang bertanggung jawab di lapangan secara militer, Soeharto merasa perlu menyampaikan ucapan itu secara langsung kepada pihak yang membantu, meski sudah terlambat 26 tahun sejak Irian Barat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Ya... karena Soeharto sendiri yang memakai senjata itu. 
Gugurnya seorang perwira tinggi militer Indonesia dalam rangka merebut kembali Irian Barat, berhari-hari menghiasi halaman surat kabar pers di belahan dunia. Yang pasti di Indonesia, Australia dan tentunya di Belanda yang lagi kesenengan dengan gemilang menewaskan Jos. Beberapa kalangan di Belanda, menyebut gugurnya Jos Sudarso sebagai “jawaban jitu atas Trikora-nya Sukarno”. Bahkan pers Belanda waktu itu berpesta pora sambil menulis, “ini pelajaran pahit pertama untuk kepongahan Soekarno”. Hip hip huraaaa…! 

Berbeda sekali perasaan yang tercermin di pihak Indonesia. Kalangan militer sangat terpukul dengan peristiwa di Laut Aru itu. Bahkan KSAL Laksamana RE Martadinata menangisi kematian Jos Sudarso, sahabat dekatnya. Jangan ditanya bagaimana reaksi Soekarno. Justru dialah orang yang paling murka dengan kejadian di Laut Aru itu. 

Dari kalangan dekat istana, seperti dari Sekretaris Negara Muhammad Ichsan, terbetik berita bahwa Soekarno marah bagaikan ’celeng ketaton’. Maksudnya, seperti babi hutan yang ngamuk karena dilukai. Panik! Hal ini sangat beralasan. Pertama sebagai pukulan psikologis buat dia sendiri, yang memukul genderang perang merebut Irian Barat, hanya sebulan sebelum peristiwa Laut Aru. Kedua, beberapa hari sebelumnya, Soekarno lolos dari percobaan pembunuhan di Makassar, kota yang menjadi pusat komando dalam merebut Irian Barat. Ketiga, suasana politik dan ekonomi dalam negeri yang sedang runyam, karena ada perselisihan diantara politisi dan semrawutnya sistem ekonomi. Dan terakhir, dengan penderitaan penyakit ginjal yang secara potensial bisa merusak tubuhnya, sehingga dia selalu menolak mencari alasan bila ingin dioperasi ginjalnya. Takut mungkin. “Nanti sajalah kalau Irian Barat sudah berhasil direbut”, alasan Soekarno kepada tim dokternya. 

Beberapa hari setelah gugurnya Jos Sudarso, Soekarno langsung mengganti KSAU, dari Surjadarma ke Omar Dhani, karena alasan pihak AU belum bisa membantu secara optimal. 

Hanya beberapa hari usai peristiwa di Laut Aru, Panglima Kodam Hasanuddin M. Jusuf (kelak menjadi Menteri Pertahanan dan Panglima TNI), mendadak terburu-buru pergi bandara Mandai (sekarang Hasanuddin) di Makassar. Dia bergegas menjemput dua petinggi yang datang dari Ambon, terkait gugurnya Jos Sudarso. 

Kedua petinggi itu datang diiringi awan mendung hujan rintik, seperti suasana sendu yang merundung pihak militer Indonesia. Kedatangan mereka layaknya seperti menjemput seseorang yang baru kembali dari sebuah ’secret mission’ yang maha penting dan tak perlu diketahui oleh pihak manapun. Siapa mereka? 

Mereka adalah Johannes Leimena, Wakil Perdana Menteri II saat itu dan sering menjadi pejabat presiden bila Soekarno pergi ke luar negeri. Satu lagi, Jenderal Moersjid yang juga menjabat Deputy Pertama Panglima AD. Moersjid adalah perwira yang dikenal tak doyan ngomong, apalagi sama wartawan. 

Begitu keluar dari pesawat, tak ada senyum yang menghias bibir Leimena. Apalagi dari Moersjid, yang terlihat jelas keletihan di wajahnya. Bajunya pun tampak belum diganti berhari-hari. Namun ada yang agak mengejutkan dari jas hutan yang ditentengnya. Terlihat ada percikan darah kering yang banyak menempel. Ada sesuatu yang disembunyikan dari kedatangan mereka. 

Gerakan tutup mulut mereka hampir saja berhasil, bila saja tidak dipancing pertanyaan oleh kalangan wartawan yang ikut menjemput dua orang penting itu. Leimena yang langsung duduk di sudut ruangan VIP langsung berbicara serius setengah berbisik dengan M. Jusuf. Sampai-sampai dia tak tahu bila pelayan telah menyuguhkan minuman hangat kepadanya. Bila ditanya tentang Jos Sudarso, Leimena mengelak dan melemperkan ke Moersjid. “Tanya saja pada Jenderal Moersjid!”, elaknya. 

“Apa yang kami bisa tulis jenderal?”, pancing wartawan. Dengan khas lesung pipitnya, Moersjid akhirnya mau buka katup mulutnya dan meluncurkan beberapa kata keluar dari bibirnya. “Ceritakan pada semua orang dari Maluku Tenggara (Laut Aru) tentang “mooie rozen en maneschijn”. Ini sebuah ungkapan bahasa Belanda yang artinya kira-kira ”melati indah dan terang purnama”.



“Maksudnya apa jenderal? Hanya itu?”, pancing wartawan sambil mendesak Moersjid agar berterus terang dengan kejadian di Laut Aru. Moersjid memang dikenal sebagai seorang perwira yang tak suka ngomong. Doyannya ya bertempur. Kalau tugas militernya selesai dengan tuntas dan menang, dia merasa seperti orgasme. Puas!

 ”Saya belum melapor ke pusat”, balasnya dengan tatapan tajam, lalu diam seribu bahasa.

Ternyata setelah kedatangan dua pejabat penting itu, ada bocoran bahwa Jenderal Moersjid adalah perwira yang berada dalam satu dari MTB (motor torpedo boats) dan menyaksikan sendiri pertempuran di Laut Aru hingga menyebabkan gugurnya Jos Sudarso. Sejak itu dapat ditafsirkan apa artinya ”melati indah dan terang purnama”. Moersjid adalah perwira yang senang melihat setiap pertempuran sebagai sesuatu yang indah, seperti pertempuran di Laut Aru yang baru saja dia alami bersama rekannya yang gugur, Jos Sudarso.

Meskipun pihak militer dirundung sedih dengan gugurnya Jos Sudarso, Achmad Yani adalah perwira yang tak surut sedikitpun semangatnya. Ketika ditanya wartawan di Makassar, dia lantang menjawab setiap pertanyaan. 

“Peristiwa itu tak akan menghancurkan tekad kita. Tapi sebaliknya, memperbesar dan mempersatukan tekad kita, bagaimana cara menghadapi kaum imperialis”, ujar Yani berapi-api. Kata ‘imperialis’ sangat lazim digunakan saat itu untuk merujuk ke beberapa negara barat yang ingin mengulangi kajayaan kolonial mereka masa lampau. Bahkan Yani menampik bahwa bahwa perebutan Irian Barat merupakan ambisi pribidi Soekarno.

“Itu tidak benar!”, kata Yani dengan mata sambil melototi satu persatu wartawan yang menyimaknya. “Bagi saya pribadi, masalah Irian Barat bukan masalah rasio yang bekerja. Tapi lubuk hati. Perasaan saya”, ujarnya sambil menunjuk ke dadanya.

Yani dikenal sebagai perwira kesayangan Soekarno, yang berpikiran strategis dengan ketepatan kalkulatif di lapangan, berani berkoar bahwa dalam pertikaian antara Indonesia dan Belanda, kemenenangan ada di pihaknya, meski jelas terbukti Jos Sudarso sudah tewas dihajar Belanda.

“Kemenangan dalam satu atau dua pertempuran atau mungkin lebih, bukanlah kemenangan dalam sesuatu peperangan. Kemenangan suatu peperangan adalah kemenangan terakhir”, ujarnya kepada segelintir wartawan yang khusus diundang untuk mendapat briefing langsung darinya di Makassar.

“Dan kamilah, bangsa Indonesia yang akan menentukan kemenangan terakhir. Bukan Belanda!”, katanya berapi-api penuh dengan janji, yang kelak memang terbukti tepat.

“Ini dapat saya pastikan menurut penilaian perimbangan kekuatan, strategi politik dengan segala sangkut pautnya antara Belanda dan kita”, tambah Yani. Dan akhirnya pada bulan Mei 1962, Radio Biak dan Radio Australia yang kemudian dikutip seluruh pers dan radio di seluruh dunia, mengumumkan bahwa Indonesia telah menerjunkan pasukan parasut di pesisir barat Irian Barat. 

Padahal setiap ahli strategi barat telah mencoba meyakinkan Belanda sebelumnya, bahwa wilayah Irian Barat tak mungkin dapat diterjunkan pasukan payung, melihat keadaan medannya yang ganas, serta faktor-faktor lain yang bisa menjadi syarat mutlak dalam suatu pertempuran hutan.

Akhirnya pada awal tahun 1963, wilayah Irian Barat berhasil direbut kembali oleh Indonesia. Soekarno boleh bangga dengan mengganti semua nama-nama Belanda di bumi Irian dengan nama berbau Indonesia. Dia boleh sombong membangun Tugu Pembebasan Irian Barat di pusat Jakarta, sebagai simbol kemenangan, persis beberapa meter dari bekas monumen kolonial kemengangan Waterloo. Soeharto sebagai pangliman Mandala yang bertanggung jawab di lapangan, mendapat reputasi cemerlang. Yani memperoleh legitimasi sebagai perwira TNI yang strategis dan ulung, meski banyak korban di pihak militer Indonesia. Nasution juga bisa menepuk dada. Dan Moersjid bisa mengatakan “melati indah dan terang purnama” di setiap pertempuran melawan Belanda. 

Di jalur diplomatik pun Indonesia membuktikan kepiawaian berargumentasi secara rasional dengan lawan bicaranya, dan juga membujuk teman untuk membantu.

Indonesia bisa menang dan bangga dengan merebut Irian Barat. Namun sampai kini Indonesia belum sepenuhnya menang merebut hati rakyat di Irian Barat, yang sekarang bernama Papua dan menjadi tiga propinsi. Apalagi menang dalam memberi kesejahteraan bari rakyat Papua. Indonesia kalah.



Sumber : The Global Review