Friday, 18 September 2015

TNI Kirim 140 Prajurit Penjaga Perdamain Ke Mali

TNI memberangkatkan 140 prajurit ke Mali, Afrika, untuk memperkuat pasukan penjaga perdamaian PBB. Sebanyak 121 prajurit AD dan 19 Prajurit AU yang tergabung dalam Satuan Tugas Helikopter (Satgas Heli) TNI Kontingen Garuda XXXVIII-A Minusma itu akan bertugas selama setahun.

Pemberangkatan 140 pasukan perdamaian Satgas Heli TNI ke Mali, Afrika, dipimpin oleh Kepala Staf Umum TNI Marsdya TNI Dede Rusamsi mewakili Panglima TNI, dalam suatu upacara militer di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (17/09/2015).


Satuan tugas Helikopter MI-17 TNI yang ditugaskan untuk pemeliharaan perdamaian di Mali-Afrika tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2014 tentang Kontingen Garuda Satuan Tugas Helikopter MI-17 TNI pada Misi Pemeliharaan Perdamaian di Mali-Afrika.

Setelah Tank, Rusia Dilaporkan Kirim Empat Helikopter ke Suriah

Rusia dlaporkan tidak hanya mengirimkan tank ke Suriah, melainkan juga sejumlah helikopter. Keterangan mengenai hal ini disampaikan oleh sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS).


"Kami berhasil mengidentifikasi sejumlah kecil helikopter Rusia di lapangan terbang Suriah," kata seorang pejabat Kemhan AS dalam kondisi anonim, seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis (17/9/2015).

Wednesday, 16 September 2015

TNI Inginkan Kapal Selam Kelas Kilo Sebagai Efek Gentar

Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia sebagai visi Poros Maritim Dunia, diperlukan keunggulan kekuatan pertahanan di laut dan udara. Salah satu langkah yang diambil TNI mengembangkan kekuataan laut adalah dengan rencana mendatangkan kapal selam kelas kilo.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan, jika TNI AL memiliki kapal selam kelas kilo tentu akan menghadirkan detterence effects yang luar biasa. Tidak hanya itu, kapal selam kelas kilo itu merupakan salah satu impian dari TNI AL. "Itu mimpi TNI AL. Semoga pemerintah dan DPR bisa mewu judkan mimpi itu. Efek detteren ce-nya pasti ada'' kata Gatot, Jumat (11/9). 

Kapal Selam
Bahkan, dalam rencananya, TNI berniat mendatangkan 12 kapal selam kelas kilo. Hal ini lantaran melihat kondisi luasnya wilayah perairan Indonesia. Salah satu alasan utama dari penambahan dan keberadaan kapal selam kelas kilo di armada TNI AL adalah agar bisa menimbulkan detterence effect (efek gentar) dari Indonesia di antara negara-negara di kawasan.

Kemhan Tambah Alutsista Baru Penangkis Udara di Setiap Lanud

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pihaknya akan menambah alat utama sistem senjata (alutsista) baru berupa penangkis udara yang dipasang di runway di setiap Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara.

"Setiap runway Lanud harus ada alat penangkis udara. Ini sangat penting. Kalau tidak ada penangkis udara, maka akan bahaya karena bisa di bom negara lain," kata Menhan saat pesawat Hawk 100/200 di Skuadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa.


Pembelian penangkis udara sudah masuk dalam rencana strategis (renstra) pada tahun 2015 ini. Selain membeli alat penangkis udara, Kementerian Pertahanan juga berencana akan memperpanjang runway Lanud Supadio dan memperluas parkir atau appron pesawat di Lanud tersebut. Namun, tidak akan menambah pesawat tempur yang sudah ada.

Tuesday, 15 September 2015

UEA Tertarik Pesan Kapal LPD Buatan PT PAL Indonesia

Uni Emirat Arab (UEA) mulai menegoisasikan ketertarikan negara itu untuk memesan produk kapal perang buatan PT PAL Indonesia. Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) M Firmansyah Arifin di Surabaya, Minggu, mengakui beberapa negara telah melirik produk kapal perang Indonesia dan kecanggihan yang ditawarkan, serta beberapa sudah mulai bernegosiasi untuk pemesanan. 


"Kita sedang bernegoisasi dengan UEA untuk kapal jenis LPD, seperti yang dipesan Filipina, karena mereka mengakui tertarik dengan kecanggihan kapal itu dan kita sudah menguasai kecanggihan dari A sampai Z jenis kapal tersebut," ucapnya.

Monday, 14 September 2015

Kontrak Gripen NG dengan Brasil Telah Efektif

Saab  Swedia mengumumkan kontrak dengan pemerintah Brasil mengenai pengembangan dan produksi 36 pesawat tempur Gripen NG, sudah sah dan efektif, karena semua syarat sudah dipenuhi.

Nilai kontrak yang mencapai 39.3 miliar SEK sudah ditandai oleh Saab sebagai sebuah pemesanan. Pengiriman Gripen NG ke Angkatan Udara Brasil akan dimulai dari 2019 ke 2024.

SAAB Gripen NG
 Kontrak kerjasama industri (termasuk transfer teknologi ke industri strategis di Brasil), yang juga ditandatangani pada bulan Oktober 2014 sudah mulai efektif pada saat ini.

“Melalui program Gripen NG ini, kami meneruskan relasi industri antara Brasil dan Swedia. Saya sangat yakin bahwa program penting ini bisa menjadi wadah untuk bisnis yang baru dan berkontribusi kepada perkembangan industri di Brasil dan Swedia,” kata Marcus Wallenberg, Chairman di Board of Directors di Saab.