Saturday 8 December 2012

PT. Pindad : Ditargetkan Tahun 2014 Prototype Tank Tempur Medium Sudah Dibuat


Jakarta - PT Pindad mengembangkan tank tempur medium (Medium Battle Tank) untuk kali pertama. Tapi dipastikan tidak akan meniru model tank tempur Medium Marder dari Jerman yang akan dipesan Indonesia.

"Kami tidak akan meniru dari mana. Pengembangan tank tempur Medium ini tentunya dibuat sesuai kebutuhan dan permintaan TNI. Sehingga ketika beroperasi nanti dapat digunakan secara maksimal. Kami akan desain dengan menyesuaikan requirement dari kavaleri TNI," ujar Hery Mochtady, kepala divisi Kendaraan Khusus Pindad di PT. Pindad, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.


Tank Tempur Medium Marder 1A3. Foto : Jaringnews.com

Sejauh ini, lanjut Hery, tahapan yang telah dilalui sampai pada pembuatan desain. Dalam pembuatan desain inilah kavaleri TNI dilibatkan meski tidak sampai ke tahap lebih jauh. "Target kami pada 2014 sudah jadi prototype. Setelah prototype jadi, kami mulai produksi," jelasnya.

Sementara itu, PT Pindad tidak keberatan mengikuti perintah Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk melepas anak dan cucu usaha yang produksinya tidak sejalan dengan bisnis inti induk perusahaan. Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Sudarsono mengatakan, melepas anak usaha dan cucu Pindad tidak akan membuat keuntungan perusahaan berubah secara drastis.
"Kalau pemerintah mengatakan begitu (menjual anak usaha dan cucu Pindad, Red), ya kami ikut ketentuan pemerintah saja. Saya yakin, kinerja Pindad akan tetap berjalan baik. Dengan melepas anak usaha maupun cucu usaha tidak serta merta membuat Pindad jomplang," ungkap Adik di Jakarta akhir pekan kemarin.

Perintah yang ditetapkan pemerintah tersebut, lanjut Adik, akan segera dilaksanakan Pindad dengan lebih fokus pada bisnis di bidang kemiliteran. Apalagi bisnis di luar militer, hanya sedikit nilai sahamnya. Menurutnya, penciptaan usaha di luar bisnis militer sebenarnya hanya sebagai upaya memeroleh pemasukan yang lebih besar.

"Rumah sakit, itu paling nilainya hanya 30 miliar atau 1,5 persen dari total penjualan Pindad. Begitu pun bahan peledak yang hanya bernilai 60 miliar atau 3 persen dari total penjualan Pindad. Waktu itu, kami melihat ada peluang usaha dan menghasilkan uang, tapi kalau ternyata diatur untuk lepas, ya kami akan lepas saja," ujarnya.



Sumber : Jawa Pos

Pendidikan Bela Negara kepada Generasi Muda


Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, terus menyosialisasikan pentingnya pendidikan bela negara kepada generasi muda di Tanah Air, khususnya mereka yang berada di Papua. Masalah pendidikan bela negara ini menjadi salah satu program dari Kementerian Pertahanan.

"Pendidikan bela negara untuk generasi muda diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam penjagaan kedaulatan negara karena sistem pertahanan yang dianut adalah sistem pertahanan rakyat semesta," kata Menhan saat menerima kunjungan kepala suku dan tokoh agama dari Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, yang dipimpin oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Pdt Esmon, di Kantor Kemhan, Jakarta, Jumat (7/12).

Ilustrasi. Pejuang Kemerdekaan

Pertemuan yang difasilitasi oleh Ditjen Strategi Pertahanan Kemhan ini merupakan bagian dari upaya menyosialisasikan pendidikan bela negara bagi generasi muda Papua. Saat menemui 22 perwakilan dari Provinsi Papua tersebut, Menhan didampingi oleh Sekjen Kemhan, Marsdya TNI Eris Herryanto, dan pejabat Eselon I dan II Kemhan.

Rombongan kepala suku dan tokoh agama Kabupaten Jayawijaya itu berada di Jakarta selama empat hari. Mereka melakukan kunjungan ke Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI serta beberapa objek bersejarah di Jakarta dan Bogor.

Menhan menjelaskan bahwa saat ini pendekatan yang dilakukan pemerintah adalah pendekatan kesejahteraan dan lebih demokratis. Disadari bahwa dibutuhkan waktu dan stabilitas keamanan untuk meningkatkan kesejahteraan seperti yang diharapkan oleh semua warga negara, khususnya di Papua.

Delegasi dari Papua tersebut menginginkan adanya komunikasi yang lebih baik antara masyarakat dan pemerintah daerah serta masyarakat Papua dengan pemerintah pusat. Perwakilan dari Papua tersebut juga meminta agar sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lainnya ditingkatkan.



Sumber : Koran Jakarta

Indonesia akan Latih Polisi Afghanistan


Kabul - Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan United Nations Development Program (UNDP), berencana akan memberikan pelatihan kepada 50 anggota Kepolisian Afghanistan. Rencananya program pelatihan tersebut akan dilaksanakan di Indonesia, 10 hingga 23 Desember 2012. “

Polisi Afganistan

Pelatihan ini merupakan bagian dari realisasi komitmen Pemerintah RI untuk membantu proses rekonstruksi dan rehabilitasi Afghanistan dengan memberikan bantuan capacity building,” ucap Duta Besar LBBP RI untuk Afghanistan, Mayjen TNI (Purn) Anshory Tadjudin, seperti dilansir oleh situs Kementerian Luar Negeri.

Pelatihan kepolisian difokuskan pada tiga bidang, yaitu lalu lintas, reserse kriminal, dan public police. Menjelang keberangkatan peserta pelatihan ke Indonesia, Dubes Anshory Tadjudin menerima 6 orang perwakilan dari anggota polisi Afghanistan calon peserta pelatihan dan satu orang perwakilan dari UNDP M. Salim Qayoumi di kantor KBRI Kabul,  Rabu (5/12/2012).

Anshory menuturkan pada pertemuan itu, pihaknya memberikan pembekalan atau briefing singkat kepada para calon peserta pelatihan. Secara singkat ia menjelaskan mengenai Indonesia, baik dari segi politik, ekonomi, sosial-budaya, geografi, populasi dan cuaca.

Di samping itu, dijelaskan pula sejarah dan struktur POLRI secara singkat dan padat. Sebelum akhir pertemuan. Ia juga menyampaikan pesan agar para peserta dapat mengikuti semua materi pelatihan dengan baik dan berharap bahwa pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dapat berguna dan diterapkan di Afghanistan.

Salah satu wakil polisi Afghanistan, Bahauddin Durrani, menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah menyediakan program pelatihan kepada polisi Afghanistan. Pelatihan yang diberikan diharapkan akan mampu memperkaya ilmu dan pengetahuan para peserta pelatihan sebagai bekal dalam menjalankan tugas-tugas mereka sekembalinya di Afghanistan. 



Sumber : Tribun news

Indonesia - RRC Sepakati Empat Bidang Kerja sama Maritim


Beijing - Indonesia dan China menyepakati empat bidang dalam kerja sama maritim, sebagai bagian dari nota kesepahaman kerja sama maritim kedua negara pada Maret 2012. Empat bidang dalam kerja sama maritim kedua negara itu disepakati pada sidang pertama Komisi Kerja Sama Maritim (Maritime Cooperation Commission/MCC) Indonesia-China di Beijing, Kamis.

Wakil Menteri Luar Negeri RI Wardana mengatakan keempat bidang kerja sama itu, adalah penggantian alat bantu navigasi di sepanjang Selat Malaka yang rusak karena tsunami Aceh pada 2006, dan pendirian pusat kelautan dan iklim Indonesia-China.

Ilustrasi. Indonesia - China

Selain itu, lanjut dia, Indonesia dan China juga menyepakati peningkatan daya mampu dan pelatihan operator vessel traffic service (VTS) di Selat Lombok dan Selat Sunda serta pembangunan KAMLASAT (satelit keamanan laut).

Ia mengatakan,"seluruh proyek itu didanai oleh China, karena mereka sangat komit untuk membantu sistem keamanan laut dan sangat berkepentingan untuk keamanan jalur laut itu. Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu untuk meningkatkan daya mampu dan peralatan navigasi,".

Wardana menambahkan empat bidang kerja sama yang disepakati itu merupakan bagian dari sembilan bidang kerja sama yang dirumuskan kedua negara dalam kerja sama maritim. "Lima bidang lainnya akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan kedua pihak mulai dari tingkat teknis hingga pengambil kebijakan yakni Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Koordinasi Polhukam kedua negara," katanya.

Tentang akan kapan kerja sama empat bidang yang telah disepakati mulai dilaksanakan, ia mengatakan,"segera setelah sidang ini dilakukan, masing-masing pihak segera melakukan koordinasi untuk menindaklanjuti kerja sama yang telah disepakati,".

Dalam sidang pertama Komisi Kerja sama Maritim Indonesia-China Indonesia dipimpin Wakil Menlu Wardana dan China dipimpin Wakil Menlu Fu Ying. Kerja sama maritim itu merupakan salah satu kerja sama penting dari kemitraan strategis yang disepakati kedua negara pada April 2005.  Kedua pimpinan delegasi sepakat pencapaian yang dihasilkan dalam sidang pertama itu, dapat menjadi acuan kerja sama maritim kedua negara di masa datang.



Sumber : Antara

Friday 7 December 2012

Latihan Terbang Malam Elang Khatulistiwa


Kalimantan -Sebagai satu-satunya Pangkalan TNI Angkatan Udara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta mempunyai alutsista pesawat tempur di pulau Kalimantan, Lanud Supadio harus selalu siap operasional dalam melaksanakan tugas-tugas pertahanan udara, selain kesiapan alutsista dan para penerbang yang mengawakinya, tentunya kesiapan seluruh komponen pendukung harus tetap terjaga termasuk para crew pesawat yang memiliki andil sangat besar dalam keberhasilan setiap operasi udara yang dilaksanakan, demikian disampaikan Danlanud Supadio, Kolonel Pnb Ir. Novyan Samyoga disela-sela latihan terbang malam yang digelar Skadron Udara 1, Rabu (5/12).

Pesawat Hawk saat persiapan dalam rangka melakukan Latihan Terbang Malam

Danlanud Supadio Kolonel Pnb Ir. Novyan Samyoga mengatakan bahwa bagi penerbang tempur latihan terbang malam bukan hal yang luar biasa.  Namun merupakan tuntutan yang perlu dilatihkan, hal ini bertujuan untuk membiasakan terutama ketika saat lepas landas dan mendarat meski hanya mengandalkan instrumen dan visual yang sangat terbatas. 

Sehingga para penerbang dituntut lebih teliti serta hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu, dan harapannya Latihan ini juga dapat meningkatkan skill (keahlian) dan profesiensi (kemampuan terbang) dari para penerbang Skadron Udara 1.

Senada dengan Danlanud Supadio, Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Radar Soeharsono menambahkan bahwa Latihan terbang malam adalah latihan yang sangat penting bukan hanya bagi penerbang tetapi juga bagi ground crew dalam meningkatkan kemampuan operasional Skadron Udara 1. Latihan terbang malam ini, lanjut Danskadron melibatkan satuan-satuan kerja di Lanud Supadio, Skadron Udara 1, Batalyon 465 Paskhas serta pihak Bandara Supadio. Latihan terbang malam ini direncanakan akan berlangsung dari tanggal 5 Desember s.d 10 Desember 2012. (pentak supadio)



Korea Selatam memotong anggaran Proyek Pesawat Tempur KFX untuk Tahun 2013


Seoul - Proyek perancangan pesawat tempur generasi 4,5 KFX yang dikerjakan Korea dan Indonesia memasuki masa yang tak jelas. Kekuatiran ini menyeruak setelah belum lama ini Pemerintah Korea Selatan memutuskan memotong anggaran proyek ini untuk 2013. Pemotongan anggaran dilakukan atas dua pertimbangan, yakni perkembangan ancaman dan keamanan regional yang telah sedemikian mengkuatirkan, serta pembatalan Turki yang semula akan ikut menanggung pembiayaan KFX.

Konsep F-15 Silent Eagle.

Juga merujuk pemberitaan media setempat, terungkap, langkah drastis tersebut terpaksa diambil karena Seoul sudah tak sabar menunggu jet tempur masa datangnya muncul sementara negara-negara di sekitarnya telah tampil dengan berbagai persenjataan baru yang mematikan. Mereka akhirnya mengaku berat menyandang beban tanggung-jawab pendanaan KFX sebesar 80% (Indonesia menanggung 20%) setelah Turki mengundurkan diri dari rencana keikutsertaannya. Korea Selatan tampak benar-benar cemas dengan kemunculan Sukhoi T-50 dari Rusia, indigenous stealth J-20 dari China, dan sebentar lagi ATD-X dari Jepang. Pengembangan roket balistik Korea Utara yang seakan tak terbendung AS – seperti Unha-3 yang akhir Desember ini akan diluncurkan pun ikut membuat mereka semakin panik.

“Korea Selatan tak bisa terus-menerus melihat perkembangan tersebut dengan hanya mengandalkan 120 jet tempur dari era 1980-an,” ujar sumber Angkasa. "Begitu pun Pemerintah Korea masih akan memegang komitmennya pada KFX dengan menyiapkan 4,15 juta dollar untuk melanjutkan feasibility study pada tahun 2014," tambahnya mengutip janji Pemerintah Korea Selatan.

Di tengah kepanikan itu, Seoul akan segera menjatuhkan pilihan untuk mengalihkan anggaran pertahanannya ke proyek pesawat tempur yang lebih canggih dari jet-jet tempur stealth yang dinilai menjadi ancaman serius bagi wilayah udaranya. Mereka akan segera memilih Boeing atau Lockheed Martin (LM) yang gencar menawarkan kerjasama pembuatan jet tempur generasi ke-5 yang diberi nama FX-III. Besar kemungkinan, pemerintah akan memilih Boeing yang telah menyodorkan konsep F-15 Silent Eagle, ketimbang LM yang menjanjikan F-35 Lightning II versi murah meriah.

Jika bola bergulir tanpa hambatan, FX-III akan menjadi jet tempur generasi ke-5 pertama yang dirilis Paman Sam untuk negara luar. Korea Selatan kabarnya telah menyiapkan 10 triliun won atau sekitar 8,96 miliar dollar untuk pembuatan 60 unit pesawat ini. Besar kemungkinan situasi keamanan regional akan mendorong pembuatan pesawat ini lebih cepat setahun, sehingga rakyat Korea Selatan bisa melihat pesawat ini terbang pada 2015.

Rencana pembuatan FX-III pernah dibicarakan pada 1990-an, namun terlupakan akibat terjangan krisis finansial dunia pada 1997 dan 2008. Oleh karena KFX melibatkan Indonesia, kelanjutan perancangan jet tempur yang telah dimulai sejak dua tahun lalu ini pun menempatkan Indonesia di persimpangan jalan. Pemerintah Korea Selatan tak pernah mengatakan proyek ini dihentikan, namun penghentian anggaran untuk KFX dan beralihnya perhatian Korea Selatan ke program FX-III semestinya perlu dicermati secara serius.



Sumber : Angkasa

Malaysia Sukses Gelar "Air Show" Berkat Belajar dari Indonesia


Jakarta - Dalam kurun 20 tahun terakhir, Malaysia dan Singapura sukses menggaet sekitar 60 persen pangsa pasar industri kedirgantaraan dari Paris dan Inggris. Ini terjadi sejak dua negara ini menjadi tuan rumah pameran peralatan pertahanan dalam lingkup maritim dan kedirgantaraan atau luar angkasa serta peralatan sipil lainnya (The Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition/LIMA). Padahal, ajang ini biasanya digelar di Paris dan Inggris.

Prayitno Ramelan dan bukunya, Intelijen Bertawaf Teroris Malaysia dalam Kupasan.

Demikian disampaikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal (Purn) Chappy Hakim saat peluncuran buku Intelijen Bertawaf: Teroris Malaysia Dalam Kupasan karya Prayitno Ramelan, di Apartemen Essence, Jakarta.

"Malaysia dan Singapura telah menyelenggarakan sepuluh kali air show, dan merebut pangsa pasar sekitar 60 persen dari Paris dan Inggris yang berpindah ke Malaysia dan Singapura," kata Chappy, Sabtu (5/12).

Chappy mengatakan, masyarakat dunia telah familiar dengan penyelenggaraan LIMA yang digelar di Langkawi, Malaysia pada tahun ganjil, dan pada tahun genap digelar di Singapura. Pasalnya, jadwal air show ini telah masuk dalam kalender global. Chappy menilai hal ini ironis karena sebenarnya Malaysia dan Singapura belajar penyelenggaraan LIMA dari Indonesia pada tahun 1980-an lalu.

"Yang menyedihkan, mereka (Malaysia dan Singapura) menyelenggarakan air show setelah Indonesia menyelenggarakan air show tahun 1980-an dan setelah itu Indonesia tak lagi menyelenggarakannya," pungkasnya. 


Sumber : Kompas

Pangkostrad Tinjau Pembangunan Garasi Tank Leopard Yonkav 1


Jakarta - Pangkostrad Letnan jenderal TNI M. Munir pada hari Selasa tanggal 4 Desember 2012 mengunjungi pembangunan Garasi Leopard di Yonkav 1 Kostrad Cijantung. Pada kesempatan itu Pangkostrad melihat lihat pembangunan garasi. Dalam kunjungan pangkostrad tersebut didampingi  oleh Komandan Batalyon Kav 1 Kostrad Mayor Kav Eko.



Sebagai salah satu satuan yang berada di bawah komando Divisi Infanteri 1 Kostrad, Batalyon Kavaleri 1/ Tank merupakan salah satu satuan banpur yang menjadi pemukul di jajaran Kostrad pada khususnya dan di jajaran TNI AD pada umumnya.

TNI AL akan memberikan perhatian lebih dalam Pengamanan Selat Malaka


Surabaya - Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono, menyatakan TNI AL akan memberikan perhatian lebih dalam pengamanan Selat Malaka. Hal itu disebabkan posisi strategis perairan yang menghubungkan Indonesia, Malaysia, dan Singapura itu sebagai salah satu jalur perdagangan laut internasional.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono Memeriksa Pasukan dalam Upacara Hari Armada. Foto : Koran-Jakarta.com / Antara

"Selat Malaka dilalui oleh lebih dari 64 ribu kapal pengangkut berbagai komoditas, seperti bahan makanan dan pertambangan, untuk sepertiga perdagangan dunia. Karena itu, Selat Malaka menjadi atensi pengamanan prajurit, khususnya TNI AL," kata Panglima TNI pada Peringatan HUT ke-67 Armada RI di Pangkalan Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (5/12).

Dia menambahkan untuk menunjang hal itu, pihaknya tengah menyiapkan modernisasi sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) untuk meningkatkan kemampuan pertahanan TNI.

"Peningkatan kapasitas dan kapabilitas alutsista secara nasional terus dilakukan demi menjaga konsistensi pertahanan negara. Pengembangan kekuatan ini harus selalu diawasi untuk mengindari bentuk-bentuk penyimpangan agar anggaran yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan dan digunakan sebagaimana mestinya," kata dia

Peringatan ke-67 Hari Armada RI ini diikuti oleh 2.400 prajurit dari berbagai unsur TNI AL. Bertindak selaku komandan upacara, Komandan Gugus Keamanan Laut Koarmatim, Laksma TNI Siwi Sukma Ajdi.



Sumber : Koran Jakarta

Thursday 6 December 2012

Indonesia jajaki kerja sama dengan Airbus Military


London - Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama jangka panjang dengan Airbus Military, khususnya dengan PT Dirgantara Indonesia setelah keduanya menjalin kerja sama kembali dengan penandatanganan Team Agreement Contract pada April tahun ini.

Hal itu terungkap dalam kunjungan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana ke pabrik pesawat udara Airbus Military di Sevilla, Spanyol, demikian disampaikan Counsellor KBRI Madrid Theodorus Satrio Nugroho kepada ANTARA London, Rabu.

CN - 295. Foto : vivanews.co.id

Dikatakannya, Menteri PPN / Kepala Bappenas berkunjung ke Spanyol pada 3 Desember dan mengunjungi pabrik pesawat udara Airbus Military di Sevilla, Spanyol untuk menjajaki kerja sama jangka panjang antara Airbus Military dengan Pemerintah Indonesia, khususnya dengan PT Dirgantara Indonesia.

Hal itu dilakukan setelah keduanya menjalin kerja sama kembali dengan penandatangan Team Agreement Contract pada April tahun ini, ujar Theodorus Satrio Nugroho. Kerja sama jangka panjang ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai "production hub" untuk memasok pesawat ke seluruh dunia. Untuk menjadikan PT Dirgantara Indonesia sebagai perusahaan global, diperlukan investasi besar serta dukungan dari Pemerintah Indonesia.

Pihak Airbus Military menilai bahwa PT Dirgantara Indonesia memiliki kemampuan untuk menjadi perusahaan penerbangan kelas dunia. Diharapkan kerja sama tersebut akan meningkatkan kemampuan PT DI.

Dubes Indonesia untuk Spanyol Adiyatwidi Adiwoso Asmady berharap kunjungan Menteri PPN/Kepala Bappenas tersebut dapat meningkatkan akses Indonesia di bidang teknologi dan kapasitas produksi pesawat terbang. Disamping itu kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan penetrasi Indonesia atas pasar global pesawat udara.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana melanjutkan kunjungan kerjanya ke Inggris untuk memimpin pertemuan Steering Committee Global Partnership for Efective Development Cooperation dan menghadiri High Level Meeting of Development Assistance Committee OECD yang berlangsung selama dua hari tanggal 4--5 Desember 2012.

Armida Alisjahbana adalah salah satu Co-Chairs Global Partnership yang memimpin pertemuan Steering Comittee bersama Menteri Keuangan Nigeria Ngozi Iweala dan UK Secretary of State for International Development Juntin Greening.



Sumber : Antara

TNI Angkatan Udara Lakukan Modernisasi Alutsista


Jakarta - Program modernisasi Alutsista TNI Angkatan Udara yang tengah dilaksanakan saat ini, tanpa kemauan kuat yang dilandasi dengan profesionalisme dan pembinaan logistik yang tepat, maka The First Class Air Force yang kita cita-citakan tidak akan dapat dicapai.

Penegasan itu dikatakan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP pada pembukaan Rakernislog (Rapat Kerja Teknis Logistik) yang dihadiri seluruh jajaran logistik TNI Angkatan Udara di Mabesau Cilangkap Rabu (5/12).

Kastaf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP menyalami peserta Rakernislog 2012 usai pembukaan di Mabesau Cilangkap.

Dikatakan, Rakernislog 2012 yang mengambil tema “Melalui Rakernislog TNI AU TA 2012 kita tingkatkan profesionalisme pembinaan dan dukungan logistik menuju The First Class Air Force”ini, sangat tepat sebab peran logistik dalam organisasi perang sangat strategis dan keputusan strategis di bidang logistik sangat menentukan keberhasilan misi dan operasi yang akan dilaksanakan.

Menurutnya terkait dengan Renstra Pembangunan TNI AU Tahun 2010-2014 dan selanjutnya,  TNI AU akan menambah alat utama sistem senjata yang cukup signifikan yaitu, sekitar 102  pesawat  yang terdiri atas F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 maupun Radar akan segera memperkuat TNI AU. “Hal ini akan menumbuhkan  rasa kebanggaan sekaligus sebagai tantangan dalam upaya menyusun kekuatan TNI Angkatan Udara”, jelas Kasau.

Untuk itu Kasau menekankan kepada seluruh personel jajaran logistik, agar mengedepankan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak menyalahi aturan maupun ketentuan yang telah ditetapkan dan personel logistik harus mampu mengoperasikan dan merawat semua alutsista dengan manajemen yang lebih baik serta memperhatikan norma dan aturan yang berlaku dalam penyelenggaraan logistik terutama dalam pengadaan barang dan pemeliharaan. (dispenau)



Kopassus Sergap Pemberontak, Lumpuhkan 60 Musuh dalam Lima Menit

Kalimantan - Sebanyak dua kompi (setara 300 personel) pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) diterbangkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta menuju Kalimantan Timur, Sabtu (1/12) lalu. Mereka bertolak dalam misi memberantas pemberontak negara yang ada di Benua Etam. Dua kompi Para Komando (Parako) ini berangkat dengan menggunakan tiga pesawat Hercules C-103 Long Body pada pukul 16.00 Wita.

Tuntaskan misi : Para Pasukan Kopassus berkumpul usai menyelesaikan latihan penyergapan pemberontak yang bersembunyi di hutan Kalimantan Timur. ( IST/KP0. Foto : Kaltimpost.co.id

Sekitar pukul 19.00 Wita, tiga pesawat Hercules tersebut sampai di langit Kalimantan Timur, tepatnya di Semoi II Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara. Dari atas ketinggian 1.200 feet, para pasukan elite TNI ini melakukan penerjunan malam hari di titik yang telah ditentukan. Setibanya di darat mereka segera mencari lokasi markas pemberontak yang berada di kawasan Bukit Bangkirai, Km 38 Samboja, Kutai Kartanegara.

Selama satu malam, pasukan bergerak dalam hutan dengan persenjataan lengkap. Sekitar pukul 04.30 Wita, Senin (3/12), mereka akhirnya menemukan sasaran yang dituju. Pasukan Kopassus segera melakukan penyergapan lokasi persembunyian pemberontak dari beberapa arah.

Baku tembak antara pasukan Kopassus dengan para pemberontak pun tak terelakkan. Dengan kesigapan dan strategi yang mantap para pemberontak berhasil dilumpuhkan dalam waktu lima menit. Sebanyak 60 pemberontak tewas dalam operasi ini.

Skenario di atas merupakan bagian latihan puncak yang rutin digelar tiap akhir tahun oleh Kopassus dengan nama kegiatan Gladi Lapangan Tri Buana Cakti XVIII. Latihan ini identik dengan melakukan penerjunan pada malam hari untuk kemudian melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap para pemberontak.

Tahun sebelumnya Gladi Lapangan Tri Buana Cakti XVII digelar di Kalimantan Barat. Sedangkan tahun ini latihan akan digelar sampai 23 Desember dengan mengambil sejumlah lokasi di Kalimantan Timur, termasuk Balikpapan.

Komandan Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo mengungkapkan latihan ini merupakan kali pertama yang digelar di Kalimantan Timur. “Harapan kami latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas para prajurit Kopassus dalam segala situasi pertempuran di seluruh wilayah Indonesia,” katanya.

Terpisah, Deputi Strategi Mayor Inf Suwondo menambahkan bahwa latihan juga bertujuan meningkatkan naluri dan kemampuan serta profesionalisme bertempur anggota Kopassus. “Latihan akan berlangsung sampai tiga minggu ke depan, dan pada penutupan nanti rencananya dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo,” pungkasnya.



Sumner : Kaltimpost

Benarkah Pesawat JF -17 memiliki Kemampuan setara dengan Pesawat F-16 ?

Berdasarkan informasi dan diskusi dengan sumber yang bisa dipercaya nampaknya pertanyaan ini cukup beralasan. Pesawat JF (Joint Fighter)-17 yang sebelumnya bernama FC-1 (Fighter China-1) nampak sekilas seperti pesawat Northop F-20. Hasil kerjasama dengan pembiayaan pengembangan 50:50 antara China dan Pakistan ini dibuat oleh Chengdu Aircraft Corporation dan Pakistani Aeronautical Complex. Pengembangan utama dilaksanakan di Chengdu Aircraft Design Institute dengan mesin penggerak utama  Klimov RD-93 buatan Rusia yang juga digunakan untuk pesawat MiG-29.

Pesawat JF - 17

Prototipe FC-1 mulai terbang tanggal 25 Agustus 2003 dan pesawat mulai diproduksi tahun 2006. Pada 23 Maret 2007 sepasang JF-17 sudah mengikuti flypass pada parade militer perayaan Hari Pakistan di Islamabad. Penerbang Pakistan sangat puas dengan performa pesawat ini yang dikatakan tidak kalah dengan F-16. 

Produksi awal mulai diserap oleh Pakistan sebanyak 50 pesawat mulai tahun 2007 untuk menggantikan pesawat Northrop F-5 Tiger, Dassault Mirage III/5, Shenyang J-6, MiG-21/F-7 Fishbed, dan Nanchang Q-5, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan oleh AU Pakistan mendekati angka 250 buah pesawat dengan upgrading avionik dilakukan terus menerus selama proses produksi. Pakistan ikut memproduksi sayap dan fin serta pengembangan perangkat lunak avionik yang dibutuhkan.

Secara umum JF-17 memiliki penampakan aerodinamik konvensional, dengan sayap di tengah, lubang udara lateral, bubble canopy dan drag chute. Namun untuk lubang masuk udara sudah menggunakan diffuser supersonic inlet seperti milik F-35 untuk efisiensi udara masuk lebih baik.

JF-17 Pakistan dilengkapi radar Pulse Doppler buatan Grifo-7 dari Italia dengan kemampuan multi-track, multi-mode dengan 25 mode yang mampu mengendalikan look down-shoot down dan menjejak sasaran permukaan di samping sasaran udara. Pesawat bisa juga dilengkapi radar buatan Thales RC400, Marconi, Phazotron Rusia, dan KLJ-7 China.

Avioniknya dilengkapi dua mission computer berdasarkan sistem data bus Mil STD-1553B. Jantung dari sistem ini adalah Weapon & Mission Management Computer 32 bit untuk perhitungan misi, manajemen terbang, dan tempur serta inflight self test.

Untuk navigasi menggabungkan INS Ring Laser Gyro dengan GPS. Sistem komunikasi menggunakan dua radio wide band independent data link  yang dilengkapi anti-jamming. Sistem perang elektronika dilengkapi self jammer, sistem peringatan ancaman rudal, radar warning receiver dan chaff/flare dispenser, dan peralatan interrogator kawan dan lawan (IFF) untuk pertempuran BVR (diluar jarak pandang). Glass cockpit dengan tiga layar warna lebar multifungsi serta smart Head Up Display. Sistem HOTAS (Hand On Throttle and Switch) serta Laser Designator dan targeting untuk deteksi dan pembidikan sasaran pada siang dan malam hari.
 

(Tulisan selengkapnya dapat dibaca di Angkasa edisi Desember 2012)



Sumber : Angkasa

Armada Pati Unus dan Hari Armada 2012


Pertahanan negara seringkali diartikan sebagai segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. 

Dalam bahasa resmi negara dan undang-undang,dicantumkan bahwa pertahanan negara dijalankan dalam sebuah sistem yang bersifat semesta: melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional, dipersiapkan secara dini, diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah. Jelas pula, seharusnya termasuk menjaga seluruh kekayaan negara demi kepentingan warga negaranya. 

Ilustrasi Armada Pati Unus saat menyerbu Malaka. gbr : sebenernyablog.blogspot.com

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar. Jika Jerman menetapkan diri sebagai “Jantung Tanah Eropa”, Indonesia dapat mengklaim sebagai “Jantung Maritim Asia Tenggara”. Dengan lebar dari sisi Timur ke Barat yang mencakup 13 persen dunia, memiliki 12 lautan: laut Natuna, Jawa, Sulawesi, Flores, Banda, Aru ,Arafuru, Maluku, Seram, Halmahera, Timor dan Sawu berikut lengkap dengan sea lanes of communications (SLOC) yang demikian strategis, telah menempatkan negeri ini dalam posisi geopolitik yang sangat menawan dan suprastrategis.

Dalam perspektif geopolitik dan geostrategi, media laut menjadi sangat vital untuk gelar kekuatan, pembangunan pangkalan militer, jalur kapal selam, dan kapal perang serta arena perebutan pengaruh kepentingan politik, pertahanan maupun ekonomi. Utamanya pada 8 tahun dan 30 tahun ke depan (tahun 2020 dan 2050) dampak menawannya posisi geopolitik ini akan menempatkan kita pada posisi ancaman geostrategi yang lebih krusial dibanding saat para pengelana kolonial memasuki perairan wilayah kita demi rempah-rempah dulu kala—dengan berpacunya negara super power (AS) dan negara negara kawasan menyikapi Two Ocean Policy dari China.

Nun jauh sebelum NKRI berdiri, para pemimpin Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7 hingga ke-13 serta Kerajaan Majapahit di ujung abad ke-12 hingga ke-15 telah membuktikan kemampuannya dalam menggunakan wilayah strategis perairan Indonesia dari sisi geopolitik dan geostrategi. ”Kesultanan” kecil seperti Kudus dapat begitu tegasnya memerintahkan ”juru bayarnya” (Kementerian Keuangan dalam konteks Indonesia hari ini) untuk membangun armada laut sangat besar dengan 375 kapal kapal perang raksasa kelas “Jung Jawa”dalam kurun waktu 1 tahun saja, mempersenjatai dan mengerahkan armada kesultanannya (1.000 personel setiap kapalnya).

Seorang Tom Pires bahkan menuliskan dalam Summa Oriental, 1515, bahwa Anunciada (kapal Portugis terbesar di Malaka tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa! Kesemua ini dilakukan hanya karena mendengar masukan intelijen bahwa bangsa Portugis memasuki Selat Malaka.

Ini merupakan bukti bahwa kita pernah memiliki pemimpin- pemimpin yang mampu melihat ”kepentingan warganya” dengan mampu menghitung secara cermat akan untung rugi biaya bagi pembangunan kekuatan pertahanan untuk melakukan fungsi kemaritiman dari armada laut yang harus dibangunnya ver-sus biaya yang akan berdampak pada kesultanan dan masyarakatnya jika ia tidak membangun armada laut yang mumpuni untuk melakukan fungsi kemaritiman dan ekonomi yang harus dijaga nun jauh hingga ke Selat Malaka.

Ratu Kalinyamat pada 1550 mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal, memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari bangsa Eropa. Armada Jepara ini kemudian bergabung dengan armada pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang.Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka.

Cerita tentang Ratu Kalinyamat memang tidak berakhir dengan digelari duchesse atau lord dari Kerajaan Inggris Raya, tetapi namanya ditulis dalam sejarah Portugis dengan julukan yang menggetarkan hati :  Rainha de Jepara, Senora Pade Rosa se Rica” (Ratu Jepara yang penuh kekuatan dan kekuasaan). Hari ini kemampuan armada laut kita sangat jauh dari apa yang seharusnya kita miliki.

Jika kita lihat Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan dan dibandingkan apple to apple dengan Kudus atau Jepara masa itu. Mungkin dengan memiliki pemimpin sekaliber Pati Unus atau Ratu Kalinyamat yang memiliki visi geopolitik dan geostrategi yang mumpuni, di hari armada 2012 ini kita seharusnya sudah mampu mengadakan kekuatan armada laut hingga mencapai kekuatan ideal ala Pati Unus, yaitu sebanyak 149.260 kapal (375 kapal x 398 kabupaten/ kota sesuai otonomi daerah) dengan kekuatan AL sebesar 149.260.000 personel.

Artinya, dengan jumlah personel AL sebesar itu tanpa UU Kamnas sekalipun terbukti hampir setengah dari bangsa Indonesia akan otomatis berwawasan dan berkelakuan peduli bahari. Atau setidaknya, jika kita memiliki pemimpin yang berpandangan akan terbentuknya kerja sama pertahanan laut dengan negara kawasan dan cukup mampu berfikir seperti seorang Ratu Kalinyamat (minimum essential forces era abad ke-15), maka kita hanya memerlukan 15.000 kapal berikut 15.000.000 personel AL-nya.

Samuel Huntington dengan jelas menyatakan bahwa negara yang dapat menyeimbangkan kekuatan China di kawasan hanyalah Indonesia dan Vietnam.Menurutnya, identitas kultural Indonesia yang pernah berdiri sebagai sebuah independent maritime empire dan kultur budaya Vietnam yang telah terbukti selama 5000 tahun unggul dari China, menjadikan kedua negara ini bersama India dan Jepang dapat memainkan peran penting dalam keseimbangan regional.

Di Hari Armada 5 Desember 2012 ini,selayaknya kita semua merenungkan apakah kita sudah sepakat untuk menetapkan kekuatan armada AL kita sesuai komitmen yang diperintahkan negara kepada para Laksamana,perwira dan personelnya, di mana sebagai professional navy mereka harus memiliki kemampuan dari sea denial of local waterske kemampuan sea control of a distant seas. Tugas utama dari pro-fes-sional navysesungguhnya adalah tugas pertahanan di samping tugas bantuannya dalam menanggulangi non traditional threats bangsanya.

Untuk membangunnya sebagai professional navy, maka negara harus memenuhi ketersediaan dan kesiapan alutsista dan teknologi peperangan, pendidikan dan rekrutmen prajurit, peningkatan jumlah dan modernisasi peralatan alutsista, kesiapan operasional, peningkatan fasilitas pangkalan militer, perawatan dan perbaikan, serta terwujudnya susunan kekuatan yang mampu melaksanakan proyeksi kekuatan bersifat tempur yang bukan saja mencakup ke mana dan untuk apa kekuatan armada maritim tersebut digelar, tetapi juga mencakup berapa lama gelar tersebut dapat dilaksanakan.

Hari ini kemampuan armada kita di laut hanya 5–10 hari dalam setiap 30 hari/bulan. Artinya ada sekitar 20 sampai 25 hari armada kekuatan maritim kita hanya sandar di pelabuhan dikarenakan masalah pengadaan bahan bakar yang tidak mencukupi (dipenuhi hanya sekitar 35 hingga 40% dari yang diajukan) untuk mereka dapat melakukan tugasnya baik di gugus tugas Armada Barat maupun di Armada Timur.

Maka pertanyaannya, di era high-tech komunikasi dan banyaknya para pemimpin bergelar beragam doktor saat ini, lalu apa yang berjalan salah dari cara kita mengelola critical mass (wilayah,  sumber daya dan penduduk) negeri ini. Sehingga posisi geopolitik dan kekayaan sumber daya yang kita miliki tidak mampu membangkitkan kita menjadi negara yang berkemampuan untuk menggelar armada armada laut yang diperlukannya, untuk kemudian menjadikan negeri ini negeri berkekuatan supra-raksasa seperti era Sriwijaya dan Majapahit atau berkemampuan maritim seperti Kesultanan Kudus dan Jepara sekalipun. Apakah itu terletak pada kesalahan kita sebagai warga negara yang begitu permisif pada kelalaian para pemimpin tingkat pusat dan lokal dalam konsep pandangan dunia dan perspektif geostrategi yang merupakan cara pandang dan memahami dunia dan perubahannya.


Pada pemahaman tentang ancaman dan bagaimana kita mengonseptualisasikan isu pertahanan & keamanan itu sendiri? Atau pada strategi keamanan nasional (kamnas) dengan kemampuan mengidentifikasi perubahan untuk merumuskan struktur kekinian akan armada laut dan dirgantara yang seharusnya terbentuk untuk menjaga 3,2 juta km2 wilayah maritim dan 5.7 jta km2 dirgantara kita.

Dianugerahi letak suprastrategis seperti ini, pepatah latin mengatakan Animis Opibusque Parati – persiapkan segenap pikiran, upaya dan sumber daya untuk menghadapi kemungkinan apa pun. Semoga jawaban pertanyaan di atas tidak terletak pada kedua belas lautan yang kita miliki dan hanya kita banggakan, tanpa kesadaran dan berkemampuan untuk melindungi, menjaga dan memanfaatkannya, sebagaimana nenek moyang kita di abadabad silam melakukannya.


Tulisan Opini : Connie Rahakundini Bakrie 
Pengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Nasional,
Direktur Eksekutif Institute of Defense and Security Studies
 









Wednesday 5 December 2012

Catatan Mozaik Kapal Selam Whiskey Class Indonesia, Ketika Rusia bertempur Bersama


Jakarta - Sejarah perjuangan dan pertempuran Indonesia bagaikan mozaik-mozaik yang berceceran dimana-mana. Bertemu dengan salah satu saksi sejarah dan merekam kenangannya, sungguh sebuah pengalaman tak terlupakan. Apalagi, ketika sang saksi menggelontorkan sejumlah mozaik yang tercecer.

Beruntung bisa bertemu langsung dengan salah satu saksi sejarah. Beliau adalah Kolonel Purnawirawan Arifin Rosadi. Saat kampanye perang memperebutkan Irian Barat, pak Arifin bertugas sebagai Kepala Kamar Mesin kapal selam KRI Nagabanda dengan pangkat Kapten. Usianya sudah cukup tua. Salah satu kakinya bahkan sudah diamputasi karena alasan kesehatan. Di usianya tersebut, pak Arifin masih semangat menceritakan pengalamannya. Semangatnya tak beda dengan anak muda usia 20-an. Nada bicaranya masih tegas, lantang dan lancar.

Seperti diketahui, pada masa Trikora, Indonesia membeli 12 buah kapal selam kelas whiskey. Awalnya pembelian sebenarnya hanya 2 buah. Namun, karena situasi yang makin genting, Indonesia membeli lagi 4 buah kapal selam. 


Kisah diawali dari masa pelatihannya di Rusia. Berbeda dengan awak KRI Cakra dan KRI Nanggala, yang dilatih di Polandia, calon awak ke-4 Kapal selam tambahan dilatih langsung di Vladivostok Rusia, markas Armada Pasifik AL Uni Soviet. Mendapatkan kesempatan pelatihan langsung di Vladivostok menandakan satu kepercayaan yang diberikan oleh Uni Soviet, berkat bulan madu antara Soekarno dan Blok Timur. Maklum saja, sebagai instalasi utama AL Soviet, siapapun yang memasukinya sudah tentu diperiksa latar belakangnya oleh intelijen militer Soviet yang populer disebut dengan GRU. 

Pelatihan berlangsung pada bulan april 1961 hingga desember 1961. Seusai berlatih, ke-4 kapal selam tambahan langsung dikirim berlayar ke Indonesia. Sepanjang perjalanan menuju tanah air, kru Rusia mengawaki keseluruhan kapal dengan didampingi masing-masing Komandan Kapal dan Kepala Kamar Mesin berkebangsaan Indonesia. Selanjutnya sesampainya di Indonesia pada Januari 1962, dilangsungkan latihan tambahan, salah satunya berlatih menembakan Torpedo. Torpedo yang digotong oleh kapal selam kelas Whiskey yang dibeli Indonesia adalah torpedo kaliber 533mm, mungkin dari tipe SAET-50/50M yang punya jarak efektif 4-8km.

Salah satu mozaik yang terungkap dalam kisah Pak Arifin , adalah keterlibatan langsung kelasi Rusia (Uni Soviet waktu itu) dalam kampanye Trikora. Awal keterlibatan adalah adanya informasi mengenai kedatangan Kapal Induk Karel Doorman ke perairan Irian barat. Hal itu membuat Pemerintahan bung Karno semakin waspada, dengan memesan lagi 6 buah Kapal Selam tambahan. Jadi total, ALRI memiliki 12 buah kapal selam kelas Whiskey

Kapal Selam Whiskey Class Indonesia

Karel Dorman merupakan kapal incaran, karena boleh dibilang sebagai flagship armada kapal permukaan Belanda yang mempertahankan Holandia Barat. AURI sudah mempersiapkan Tu-16KS yang bersenjatakan rudal anti kapal AS-2 Kennel, sementara ALRI tentunya siap dengan torpedo-torpedo dari kapal Whiskey. Andai tak ada perjanjian New York, Karel Doorman tentu hanya tinggal nama, karam ke dasar laut entah oleh hantaman dari langit atau serangan tak terduga dari dasar lautan.

Pembelian yang jauh lebih banyak dari rencana awal tersebut tentunya menimbulkan kepelikan tersendiri didalam tubuh ALRI. Lantaran proyeksi awal hanya 6 kapal selam, yang bengkak menjadi 12, tentu jumlah awak yang harus disiapkan menjadi lipat dua. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menyiapkan awak, meningat tenggat mobilisasi pasukan untuk operasi Trikora sudah semakin dekat. Lantaran kekurangan awak, alhasil pemerintah Indonesia selain membeli Kapal Selam, juga harus "menyewa" awaknya yang asli berkebangsaan Rusia. Jika 1 kapal selam membutuhkan 60 buah ABK, maka total ada sebanyak sekitar 360 Tentara Rusia ikut bergabung berjuang memperebutkan Irian Barat!!



Jika terjadi perang terbuka, para awak Rusia ini berperan sebagai standby force. Strateginya adalah 6 buah kapal selam pertama akan maju terlebih dahulu untuk patrol dan operasi penenggelaman kapal-kapal permukaan milik AL Kerajaan Belanda, jika perintah diberikan. Sementara 6 kapal selam dengan awak Rusia di garis belakang, menunggu disekitar perairan Ambon. Jika keenam kapal yang berawak Indonesia tersebut sudah membutuhkan pengisian bahan bakar dan perbekalan kembali ke Ambon, maka kapal selam Rusia yang dikirim menggantikan untuk berpatroli. Andai perang pecah antara Indonesia dengan Belanda, boleh dibilang awak Rusia akan tercatat dalam sejarah sebagai prajurit Rusia pertama yang bertempur melawan kekuatan Barat, jauh sebelum advisor Soviet membanjiri Timur Tengah dan Vietnam.

Para warga Rusia ini diberi tempat tinggal di kawasan Dermaga Ujung Surabaya Jawa timur. "tidak terlalu tertutup tempatnya, tapi tak boleh dikunjungi sembarang orang", kata Kol. Purn Arifin Rosadi. Mereka pun tinggal selama masa Kampanye Trikora hingga usai, yaitu hingga Agustus 1962. "kita yang membiayai hidup mereka hingga gaji mereka", tegas Kol. Purn. Arifin lagi.
 
Satu mozaik lagi telah tercatat. Apakah masih ada serpihan lainnya diluar sana?
 
 
 
Sumber : ARC