Tuesday, 4 December 2012

Indonesia membutuhkan Ikon Pahlawan Laut


Jakarta - Indonesia membutuhkan ikon pahlawan di laut sebagaimana tokoh-tokoh seperti Sinbad, Kapten Hawk, Colombus, hingga Marcopolo di negara-negara lain. Ikon kepahlawanan di laut dibutuhkan untuk menumbuhkan watak dan karakter anak bangsa. Sejumlah nama pahlawan laut di Indonesia, seperti Hang Tuah, Malahayati, Nala, hingga komandan Pasukan M, Kapten Markadi, belum berhasil menjadi ikon.

"Ikon-ikon pahlawan laut seperti di negara lain saat ini belum tumbuh di Indonesia," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Soeparno, saat meluncurkan buku Pasukan M, di Jakarta, Senin (3/12). Khusus Kapten Markadi, dia patut menjadi ikon karena ketokohannya yang menyerupai Bima dalam babad Mahabarata. "Ibarat Bima, dia memiliki karakter gagah, teguh, kuat, tabah, jujur, berhati lembut, dan rendah hati," kata dia.

Kasal Laksamana TNI Soeparno (kanan). Foto : Detik.com

Bahkan, kata Kasal, Pasukan M yang hanya menggunakan perahu kecil mampu mengusir pasukan Belanda yang memiliki kapal lebih canggih. Pertempuran yang dilakoni Pasukan M ini dinilai sebagai pertempuran laut pertama di Indonesia. Pertempuran itu juga dinilai sebagai operasi gabungan pertama yang melibatkan rakyat.

Buku Pasukan M yang ditulis Iwan Santosa dan Wenri Wanhar ini diharapkan menjadi sarana efektif untuk mentransfer nilai-nilai kepahlawanan ke generasi penerus. "Saya berharap buku mengenai Pasukan M yang berjuang di Selat Bali pada 1945-1949 ini mampu memberi penyadaran bahwa kebersamaan perjuangan sudah terbentuk sejak negeri ini berdiri," jelas dia.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan Kapten Markadi pantas menjadi ikon pejuang maritim di Indonesia. "Dia adalah bagian penting dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Menhan.

Purnomo berharap peluncuran buku Pasukan M ini bisa menjadi referensi bagi generasi penerus untuk tetap mengenang nilai-nilai perjuangan. "Globalisasi yang saat ini berkembang begitu cepat bisa menggerus nilai-nilai kebangsaan. Jadi, harus dibendung," kata dia. Purnomo berharap tim penulis tak henti-hentinya menulis kisah kepahlawanan. "Ini wujud dari refleksi bela negara," ujar dia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Untung Suropati, menjelaskan penulisan sejarah Pasukan M merupakan cara untuk merekonstruksi kembali kisah-kisah heroik para pejuang di laut. "Sikap berani dan pantang menyerah pasukan ini telah menginspirasi dan menjadi daya dorong generasi muda untuk menelusuri sejarah bangsanya," kata Untung.

Buku Pasukan M ditulis selama lima bulan dengan melakukan penelusuran sejarah ke lokasi tempat terjadinya peristiwa, yakni ke Jembrana Bali, Denpasar, Banyuwangi, Malang, Lawang, dan Surabaya. Tim penulis juga melakukan riset sejarah dan kepustakaan ke Nederlands Instituut voor Militaire Historie (NIMH) Den Hague, Museum KNIL Bronbeek, Arnhem KITLV Leiden, Nederlands Instituut voor Oorlog Documentatie (NIOD) Amsterdam.



Sumber : Koran Jakarta

No comments: