Sangatta - Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Brigade Tahun 2012
bertujuan untuk menguji doktrin yang dimiliki dan meningkatkan profesionalisme
prajurit di dalam operasi gabungan, demikian dikatakan Panglima TNI Laksamana
TNI Agus Suhartono, S.E., saat meninjau latihan lapangan Latgab TNI di
Pelabuhan Jeti, Sangatta, Kalimantan Timur, Jum’at (16/11/2012). Sebelumnya
Panglima TNI menyaksikan pendaratan Amfibi, dan penembakan Artileri Medan yaitu Meriam
Howitzer dan Roket RM-70 Grad.
Panglima TNI laksamana Agus Suhartono didampingi dan para Petinggi TNI, saat berada di Sekerat,
lokasi Latihan Gabungan (Latgab) TNI. Foto : Antara.
Latgab TNI Tingkat Brigade ini, lanjut Panglima TNI, merupakan Kampanye
Militer yang di dalamnya ada Operasi Dukungan Udara/Pengintaian Udara, Operasi
Intelijen Taktis, Operasi Pasukan Khusus, Operasi Dukungan Udara/Operasi
Perebutan Pengendalian Pangkalan Udara (OP3U), Operasi Laut Gabungan, Operasi
Amfibi, Operasi Lintas Udara, Operasi Pendaratan Administrasi, Operasi Darat
Gabungan dan Operasi Teritorial.
“Latihan kali ini sesuai rencana, baik dan realistis dan cukup
memuaskan sampai saat ini. Latihan kali ini masih akan terus berlanjut untuk 7
hari ke depan, serta berharap prajurit yang berlatih di lapangan tetap menjaga
semangat dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Panglima TNI.
Ke depan, kata Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., akan dilaksanakan Latgab
TNI yang lebih besar lagi dan akan mengundang PresidenRI
untuk bisa hadir menyaksikan, waktu dan tempat akan kita pilih. Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam Latgab TNI tahun 2012 ini meliputi:
Aspek Strategis, yaitu terwujudnya konsep strategis penangkalan dan penindakan
dalam strata strategi militer untuk memenangkan perang terhadap niat
negara tertentu yang ingin mengganggu kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Aspek
Operasional, yaitu meningkatnya kemampuan baik perorangan maupun satuan
yang tergabung dalam Komando Gabungan TNI untuk mengaplikasikan,
menerapkan doktrin Kampanye Militer, doktrin operasi gabungan dan doktrin
operasi masing-masing angkatan dalam rangka menyusun rencana kampanye serta
rencana operasi yang dipersiapkan sampai dengan krisis berdasarkan analisa
kontinjensi yang diperkirakan akan terjadi.
Aspek Taktik, Teknik dan Prosedur,
yaitu meningkatnya kemampuan baik perorangan maupun satuan-satuan
manuver/satuan taktis, untuk mengaplikasikan dan menerapkan petunjuk lapangan
dan petunjuk teknis, dalam menyusun rencana operasi berdasarkan rencana
kontinjensi yang diperkirakan akan terjadi. Aspek Psikologis, yaitu terciptanya
hubungan emosional dan saling pengertian antar prajurit dari berbagai unsur,
soliditas, semangat, kemauan dan kebanggaan sebagai prajurit TNI yang terlibat
dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2012.
Latihan lapangan Latgab TNI tahun 2012 dilaksanakan mulai 26 Oktober
sampai dengan 30 November 2012 di perairan laut Sulawesi dan pendaratan Amfibi
di Pantai Sekerat Sangatta, Kalimantan Timur dengan melibatkan 11.693 personel,
terdiri dari 740 personel sebagai penyelenggara dan 10.953 personel sebagai
pelaku. Bertindak sebagai Direktur Latihan Latgab TNI 2012
Mayjen TNI Djumadi yang sehari-hari menjabat Komandan Komando Pendidikan dan
Latihan TNI (Dan Kodiklat TNI), sedangkan Panglima Komando Gabungan Latgab TNI
2012 Mayjen TNI Setyo Sularso yang sehari-hari menjabat Panglima Divisi
Infantri 2 Kostrad Malang.
Haiti - WAKIL Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI) Letnan
Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad)
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo beserta rombongan, beberapa waktu lalu
mengunjungi 167 Prajurit TNI (144 TNI AD, 21 TNI AL dan 2 TNI AU) yang
tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations
Unies pour la Stabilisation en Haïti) di Bumi Garuda Camp, Gonaives – Haiti.
Wamenhan RI dan Kasad beserta rombongan tiba di Bandara Udara Internasional
Toussaint Louverture, Port Au Prince-Haiti, disambut langsung oleh Dansatgas
Konga XXXII-B/Minustah Letkol Czi Arief Novianto dan Engineering Staff Officer
U8 Section Minustah dari Indonesia Mayor Czi Hiras Turnip.
Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin saat kunjungan di Haiti. Foto : MPI
Dilanjutkan
melaksanakan pertemuan dengan Special Representative of the Secretary-General
United Nations Stabilization Mission in Haiti (MINUSTAH) yang dijabat oleh Mr.
Mariano Fernández dan Force Commander Letnan Jenderal Fernando Goulart, di
ruang pertemuan SRSG Compound Port Au Prince – Haiti.
Dalam pertemuan tersebut, dibicarakan tentang fungsi dan peran Bangsa
Indonesia dalam percaturan dunia, dalam hal ini khususnya TNI yang ikut serta
secara aktif menjaga stabilitas perdamaian dunia yang tergabung dalam misi
pasukan perdamaian. Disamping itu, dibicarakan juga tentang kesiapan Konga
XXXII-B/Minustah untuk melaksanakan tugas di Haiti yaitu rekonstruksi dan
rehabilitasi sarana umum akibat bencana alam gempa bumi tahun 2010 silam.
Selanjutnya dengan mengendarai helikopter milik UN, Wamenhan RI Letnan
Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie
Wibowo beserta rombongan didampingi Dansatgas Letkol Czi Arief Novianto dan
Mayor Czi Hiras Turnip mengunjungi Bumi Garuda Camp di Gonaives – Haiti.
Kedatangan rombongan disambut oleh Wadansatgas Kapten Czi Donny beserta seluruh
anggota satgas. Selanjutnya rombongan menerima paparan dari Dansatgas Letkol
Czi Arief Novianto didampingi Wadansatgas tentang pekerjaan dan perkembangan
tugas-tugas Satgas Kizi TNI di Haiti.
Sementara itu, dalam pengarahannya kepada seluruh anggota satgas Konga
XXXII-B/Minustah, Wamenhan RI dan Kasad menekankan bahwa keberhasilan yang
telah dicapai kontingen sebelumnya perlu dipertahankan sehingga dengan
pencapaian keberhasilan tugas yang diberikan oleh PBB, maka akan mengangkat
nama dan integritas Bangsa Indonesia di dunia internasional. Disamping itu,
seluruh anggota satgas untuk tetap menjaga kebersihan, kesehatan dan makan makanan
yang bergizi serta istirahat yang cukup untuk menjaga tubuh tetap optimal guna
mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas nantinya.
Dalam akhir pengarahannya, WamenhanRI dan Kasad menyampaikan
keyakinannya bahwa Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga
XXXII-B/Minustah mampu mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang
diberikan.
Pada kesempatan tersebut, WamenhanRI dan Kasad memberikan secara
langsung bantuan berupa obat-obatan kepada Satgas Kizi TNI Konga
XXXII-B/Minustah dan diterima oleh Dansatgas Letkol Czi Arief Novianto.
Kunjungan diakhiri dengan melihat kondisi sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Satgas Kizi TNI Konga XXXII-B/Minustah.
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia akan
memastikan stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan terutama Laut China
Selatan dan Asia Timur dalam pembicaraan di KTT Asia Timur.
"Kita berharap dalam pembahasan situasi di Laut
China Selatan dan Asia Timur, Indonesia bisa berkontribusi untuk memastikan
semua pihak untuk memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga sekali lagi
stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan kita," kata Presiden saat
konferensi pers di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Sabtu.
Kunjungan Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Laos. Foto : Antara
Menurut Presiden, pembicaraan mengenai sengketa klaim
Laut China Selatan dan kawasan Asia Timur hampir pasti akan menjadi isu pokok
dalam KTT Asia Timur yang akan digelar di Phnom Penh, Kamboja, pada 20
November, di samping agenda lainnya.
Apalagi mengingat perkembangan baru di kawasan Asia
Timur dengan munculnya ketegangan antara China dengan Jepang yang menguat.
Hal ini tentu saja, dapat memicu terjadinya ketegangan
di seluruh kawasan seiring dengan sengketa klaim Laut China Selatan yang belum
dapat diselesaikan.
Untuk itu, Presiden mengatakan, Indonesia ingin memastikan agar
stabilitas keamanan dan ketertiban di kawasan dapat terjaga, dan tidak
menimbulkan munculnya ketegangan-ketengan yang dapat menjadi konflik yang lebih
luas.
"Saya mengantisipasi di samping agenda yang
dipersiapkan, hampir pasti isu politik keamanan di kawasan menjadi perhatian
dan akan menjadi topik utama baik pada retreat maupun sesi pleno. Hampir pasti
isu Laut Cina Selatan dan Asia Timur akan menjadi sorotan dalam East Asia
Summit (KTT Asia Timur) nanti," kata Presiden.
Presiden menambahkan, stabilitas keamanan dan
ketertiban Laut China Selatan menjadi kepentingan semua negara di Asia. Terutama guna mendukung perkembangan ekonomi di
kawasan yang hingga kini masih kuat di tengah situasi krisis ekonomi global.
"Apalagi semua memiliki kepentingan untuk menjaga
pertumbuhan perekonomian, sehingga ketika dunia menghadapi krisis seperti ini,
Insya Allah, kawasan ini akan tetap terjaga perkembangan ekonominya," kata
Presiden.
Sao Paulo
- Kondisi alat utama sistem persenjataan yang dimiliki Tentara Nasional
Indonesia sudah tak layak lagi. Jika dibandingkan dengan peralatan perang yang
dimiliki negara tetangga, kemampuan dan kelengkapan alutsista TNI jauh di bawah
mereka. Menghadapi kondisi tersebut High Level Committee pun dibentuk sebagai
pendorong pengadaan alutsista TNI.
“HLC itu untuk mempercepat proses modernisasi persenjataan TNI,” ujar Wakil
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua HLC kepada wartawan di Sao Paulo, Brasil, Rabu (14/11) malam waktu setempat atau
Kamis (15/11) pagi waktu Indonesia.
Rudal C-705
HLC terbentuk setelah serangkaian rapat kabinet bidang politik, hukum, dan
keamanan sepanjang 2011 yang membahas pengadaan alutsista. Cara kerja HLC
berupaya mempercepat pengadaan alutsista prioritas, yaitu akselerasi,
paralelisasi (pengadaan dan pembiayaan), integrasi ( Kementerian Pertahanan dan
TNI ), koordinasi, dan inspeksi ( kunjungan ke produsen ).
Dalam kaitan itu, pekan ini Sjafrie bersama rombongan berkunjung ke Brasil,
yakni ke Avibras ( produsen roket ) dan Embraer ( produsen pesawat Super Tucano).
Sjafrie bersama rombongan melihat dan berdiskusi langsung dengan para produsen
alutsista itu tanpa perantara.
Sukoi Su-27 Indonesia
Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo,
pembelian roket tersebut diharapkan terwujud pada 2013. Adapun pesawat Super
Tucano 2013. Adapun masih ada delapan unit lagi yang ditunggu dari 16 unit yang
dibeli.
Kekuatan pertahanan
Dengan pembelian roket itu ujar Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI
Pramono Edhie Wibowo, kekuatan TNI bisa menyamai kekuatan pertahanan
negara-negara lain.
“Indonesia
sudah lama tidak punya satuan roket seperti digunakan Brasil. Pembelian (roket)
dari Avibras ini untuk melengkapi alutsista kita,” kata Edhie. Apalagi, tambah
Edhie, kemampuan roket tersebut bisa dikembangkan daya tembaknya dari 95
kilometer menjadi 300 km.
MLRS Astros 2 Brazil
Memang sampai saat ini hampir semua alutsista TNI merupakan pembelian masa lalu
sehingga usianya sudah sangat tua sebagai ukuran peralatan perang. Pada masa
lalu, kekuatan perang Indonesia
sangat dominan dan ditakuti terutama di kawasan Asia Tenggara.
Namun, saat ini kondisi justru tertinggal dari negara-negara tetangga di
kawasan tersebut. Misalnya saja tahun ini pesawat TNI AU beberapa kali jatuh
pada saat latihan seperti di Halim, Jakarta,
dan Pekanbaru, Riau.
Dalam rapat-rapat cabinet bidang politik, hokum, dan keamanan tahun 2011 yang
membahas alutsista, pemerintah memutuskan bahwa pemenuhan kebutuhan alutsista
TNI diarahkan untuk mencapai kekuatan dasar minimum atau minimum essential
force (MEF).
Untuk mendukung percepatan MEF, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 50
triliun untuk periode 2010-2014. Namun, hingga 2012, anggaran yang direalisasi
masih sedikit, yaitu sekitar Rp 17 triliun.
Sangatta - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono
mengaku puas dengan pelaksanaan Latihan Gabungan 2012 yang berlangsung di
Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kaltim.
"Gambaran keseluruhan dari awal sampai saat ini, latgab berjalan sukses
sesuai rencana, baik, realistis, dan saya puas," katanya saat memberikan
keterangan pers di Pelabuhan Teluk Tutung, Bengalon, Kutai Timur, Jumat
(16/11).
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono (kiri depan)
didampingi sejumlah petinggi TNI meninjau latihan gabungan Pasukan
Pemukul Reaksi Cepat di Bandara Lanud Ranai, Natuna. Foto : kepri.antaranews.com/Rusdianto
Saat memberikan keterangan Agus didampingi antara lain Kepala Staf TNI AL
Laksamana Soeparmo, Kepala Staf TNI AU Marsekal Imam Sufaat, Kapuspen TNI
Laksamana Muda Iskandar Sitompul, Wairjen TNI Chaidir Serunting Sakti, dan
Panglima Kodam VI Mulawarman Mayjen Dikcy W Usman.
Menurut Panglima, latgab itu merupakan lanjutan dari yang dilakukan AL melalui Armada Jaya,
AU lewat Angkasa Yudha, dan AD adalah Latihan Kecabangan. Keseluruhan latihan
tersebut, lanjutnya, digabungkan menjadi Latgab 2012.
"Latgab kali ini kami rancang setingkat brigade, karena tahun lalu kita
rancang untuk tingkat batalyon, dan tahun depan akan kita tingkatkan lebih
besar lagi dari tingkat briagde ini," ujarnya.
Ia menjelaskan, latgab dimaksudkan menguji apa yang dimiliki, kemudian
meningkatkan profesionalisme prajurit di dalam operasi gabungan.
"Alhamdulillah tidak ada kendala berarti selama latgab berlangsung.
Kalaupun ada hal kecil di lapangan itu merupakan bagian dari latihan. Justru dengan
ada masalah kecil itu mereka harus bisa memecahkan masalah yang dialami,"
katanya.
Usai menyaksikan latgab, panglima dan rombongan kembali ke Tanjungbara
menggunakan kapal "tugboat" milik TNI AL dengan nomor lambung 591-2.
Sekitar pukul 10.00 wita, panglima bertolak dari Bandara Tanjungbara Sangatta
menuju Balikpapan menggunakan pesawat Cassa Skuadron milik TNI AL dengan nomor
penerbangan HA-615-2 dan selanjutnya kembali ke Jakarta.
Jakarta - Sejumlah koran hari ini memuat berita hangat kunjungan Wamenhan Sjafrie
Sjamsoeddin ke fasilitas Avibras di Brasil, terkait kesempatan pembelian 36
unit sista Astros II senilai 405 juta dollar. Sistem senjata roket yang mampu
menjangkau jarak hingga 96km ini menurut rencana akan jadi dua batalyon kekuatan
yang bernaung di bawah TNI AD. Berita ini tentu menggembirakan, tapi di Asia
ternyata bukan Indonesia
yang pertama menggunakannya. Negara pertama yang telah lebih dulu
mengoperasikannya adalah Malaysia.
Merujuk Commando,
Malaysia secara
provokatif telah lebih dulu membeli Astros II dan menempatkannya di
posisi yang bisa menjangkau Singapura. Kekuatan setara tiga baterai yang
bernaung di bawah Army Field Command HQ ini operasional penuh sejak Januari
2006. Sista ini, seperti dikatakan petinggi militer Malaysia,
akan dipergunakan sebagai respon pertama yang akan diturunkan seandainya Malaysia
mendapatkan serangan dari musuh.
MLRS ASTROS II
Tahun depan direncanakan roket ini sudah memperkuat sistem
pertahanan Indonesia.
Pembelian roket Astros dari Brasil, melengkapi kerja sama pertahanan
Indonesia dengan Brasil setelah sebelumnya TNI AU memperoleh 16 unit pesawat
EMB-314 Super Tucano. Total kontrak dengan Brasil untuk kedua sista
ini mencapai 700 juta dolar AS atas sekitar Rp 6,7 triliun. Sejauh ini, selain
Malaysia dan Indonesia, negara yang telah dicatat menggunakan sista Astros
adalah Bahrain, Irak, Arab Saudi dan Qatar.
Roket sebagai alternatif alutsista artileri mengemuka
sejak PD II. Di tangan Tentara Merah, kekuatan roket Katyusha mampu menyapu
area (area saturation) dengan penghancuran lebih luas dan lebih cepat dibanding
meriam howitzer, biarpun kalah dalam akurasi. Berpindah ke medan pertempuran
modern, doktrin mengkutub menjadi dua, antara AS yang mengandalkan Muntiple-Launch
Rocket System (MLRS) canggih namun mahal, atau ikut doktrin Timur yang
mengandalkan BM-21 Grad dan turunannya yang murah namun ketinggalan
zaman.
Menyadari ada celah kosong di antara kedua seteru,
pabrikan Avibras coba menawarkan sistem roket artileri yang terjangkau seperti
Grad, namun akurat dan memiliki proteksi kru yang memadai seperti MLRS. Proyek
yang dimulai dengan modal pribadi perusahaan dengan kode Astros II T-O
Brucutu pada 1981 memilih sasis truk sebagai kendaraan pengusung sistem
roket. Selain karena pertimbangan biaya, kemampuan lintas medan berat dan kemampuan diangkut pesawat
sekelas C-130 Hercules menjadi pertimbangan utama. Astros II unggul dalam hal roket yang dibawanya.
Avibras sudah mendesain sistem roket Astros secara modular, sehingga mudah
dikonfigurasi di lapangan sesuai kebutuhan. Roket-roket yang ada dimuat dalam
kontainer roket yang pada gilirannya tinggal dimuat ke dalam kotak peluncur di
atas sasis Astros II. Ada
empat roket yang dipersiapkan Avibras, yang semua motor roketnya ditenagai oleh
double-base propellant.
Roket-roket produk Avibras Brasil
Kaliber terkecilnya 127mm SS-30, yang terpasang sebanyak
32 tabung per kotak peluncur. Roket berhulu-ledak HE (High Explosive)
dengan panjang 3,9m dan berbobot 68 kg sebuahnya ini mampu menjangkau sasaran
sejauh 30 km. Roket kedua, SS-40, memiliki kapasitas maksimal 16 roket dalam
satu tabung peluncur. Selongsong roketnya memiliki empat sirip (fins)
dengan panjang 4,2 m dan berbobot 152 kg sebuahnya. Jarak jangkaunya antara
15-35 km. Soal hulu ledak, SS-40 cukup fleksibel. Jika mau HE ada, bila memilih
amunisi cluster/ bomblet (tandan) DP (Dual Purpose) antimaterial dan
personel juga tersedia.
Khusus amunisi bomblet, dimensinya 39x13cm,
dengan sumbu impak mekanis. Tiap bomblet dilengkapi pita-parasut yang berfungsi
menahan dan menstabilkan arah jatuh. Kategori ketiga, SS-60 yang merupakan
pengembangan dari SS-40. Punya sosok lebih besar sepanjang 5,6 m dan berbobot
595 kg, konsekuensinya SS-60 bisa menampung 65 bomblet. Jangkauannya antara
20-60 km dengan waktu tempuh 117 detik untuk mencapai jarak maksimal 60 km.
Jadi di luar jangkauan artileri meriam 105-120 mm.
Roket terakhir, SS-80, lahir belakangan pada 1995,
dengan sosok tak jauh beda dengan SS-60. Daya jangkaunya yang mencapai 90 km
dimungkinkan berkat propelan baru. Selain itu, SS-80 bisa dimuati senjata kimia
mematikan, walaupun belum pernah dipergunakan dalam pertempuran aktual. Astros sudah battle proven. Perang Teluk II
tahun 1991 menjadi saksi bagaimana Irak dan Arab Saudi saling mengadu Astros II
yang mereka miliki, dengan Irak mempergunakan varian lokal dari SS-60 yang
disebut Sajeel-60. Saking terkenalnya, AS sampai mempergunakan gambar Astros
II yang dihajar F-15E Strike Eagle dalam pamflet propaganda yang
meminta tentara Irak untuk menyerah tanpa perlawanan.
New York - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Indonesia
mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Suriah, jika Dewan Keamanan (DK) PBB
menyetujui pembentukan pasukan internasional ke negara bergolak itu, kata
anggota Komisi I DPR RI, Hayono Isman.
Pejuang pemberontak Suriah
menembakkan senjatanya ke arah penembak jitu pemerintah di Distrik Seif
El
Dawla, Aleppo,
Suriah. Foto : REUTERS/Youssef Boudlal
Permintaan tersebut disampaikan Kepala Penjaga
Perdamaian PBB (DPKO), Herve Ladsous, ketika melakukan pertemuan dengan
delegasi Komisi I DPR RI di Markas Besar PBB, New York.
"Oleh karena itu, kita akan bersiap-siap untuk
kemungkinan pengiriman pasukan perdamaian Indonesia ke Suriah. Mengenai
berapa jumlah personel, itu nanti tergantung Dewan Keamanan," kata Hayono
kepada ANTARA News, Rabu waktu setempat, seusai mengunjungi masyarakat Indonesia di New York yang terkena dampak Badai Sandy 29
Oktober 2012.
Media internasional, yang mengutip para diplomat pada
akhir Oktober lalu, melaporkan bahwa Herve Ladsous mengisyaratkan pihaknya
dapat menyediakan pasukan perdamaian ke Suriah dengan kekuatan hingga 3.000
personel, yang siap digelar untuk mendukung gencatan senjata di antara
pihak-pihak yang bertikai. Namun demikian, DK PBB dengan 15 anggotanya harus
setuju untuk penggelaran pasukan itu di Suriah.
Namun, DK-PBB sejauh ini belum memiliki kesatuan
pendapat dalam menyikapi konflik Suriah. Resolusi DK PBB yang dirancang untuk mengancam
pemberian sanksi bagi pemerintah Presiden Bashar Al Assad telah diveto oleh dua
anggota tetap, yaitu China
dan Rusia.
Selain mengharapkan kontribusi pasukan Indonesia untuk
ke Suriah, kata Hayono, Ladsous juga mengharapkan bahwa Indonesia dapat
menyediakan 1.500 polisi perempuan untuk bergabung dengan pasukan perdamaian
PBB di Darfur.
"Kita belum tahu dapat menyediakan berapa banyak
personel. Yang pasti, polisi perempuan ini dibutuhkan untuk lebih menangani
situasi perempuan yang rentan terhadap kekerasan," ujar Hayono.
Dalam pertemuan dengan Ladsous, ia mengemukakan,
pasukan perdamaian Indonesia
dipuji sebagai pasukan terbaik. "Pasukan kita dinilai tidak mempunyai cacat
apapun, baik dalam hal pelaksanaan tugas maupun operasional dan administratif.
Tidak heran kalau kita kerap diminta untuk menyumbang pasukan," ujar
Hayono.
Ilustrasi Pasukan Pedamaian Indonesia Foto : inilah.com/istimewa
Indonesia saat ini berada di urutan-15 negara terbesar dalam hal
pengirim pasukan penjaga perdamaian PBB.
Menurut catatan Perutusan TetapRI untuk PBB di New York,
pasukan Indonesia sejumlah
1.993 personil saat ini tersebar di tujuh misi perdamaian PBB, termasuk di
UNIFIL (Lebanon) 1.455 orang,
UNAMID (Darfur) 140 orang, MONUSCO (Kongo) 175 orang, MINUSTAH (Haiti) 167
orang dan UNMISS (Sudan Selatan) sembilan orang. Selain itu, pasukan Indonesia
juga bertugas di UNISFA (Abyei-Sudan) dan UNMIL (Liberia).
Belum lama ini, Indonesia juga diminta DPKO memberikan
kontribusi berupa tiga helikopter M-17 beserta 120 personil dan 1 batalion
infantri beranggotakan 800 personil untuk ditempatkan di Kongo bersama MONUSCO,
yang diharapkan PBB sudah dapat dikirim pada Maret 2013. Hayono Isman merupakan ketua delegasi Komisi I DPR-RI
yang melakukan kunjungan kerja ke New
York pada 12-15 November.
Delegasi beranggotakan sembilan orang itu telah
mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pejabat tinggi dan badan PBB,
termasuk Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon, Presiden Majelis Umum PBB ke-67, Vuk
Jeremic, Kepala DPKO Herve Ladsous, Office for Coordination of Humanitarian
Affairs (OCHA) dan Central Emergency Relief Fund (CERF), UNDP, UN Department of
Peace Keeping Operations (UNDPKO), serta UN Department of Field Service
(UNDFS).
Adapun delapan anggota Komisi I lainnya terdiri dari
Enggartiasto Lukita, Roy Suryo, Meutya Hafid, Adjeng Ratna Suminar, Achmad
Daeng Se're, Muhammad Idris Lutfi, Mirwan Amir dan Sayed Mustafa Usab.
Komisi I DPR RI juga memanfaatkan kunjungan mereka
untuk mengunjungi WNI di New York yang terkena Badai Sandy, serta mengadakan
rapat dengar pendapat dengan Wakil Tetap Perutusan Tetap RI untuk PBB di New
York dan Konsul Jenderal RI di New York menyangkut pengawasan dan anggaran.
Tarakan - Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Pasukan Khusus TNI
terdiri dari Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD, Detasemen
Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dan Bravo Kopaskhas TNI AU berhasil membebaskan
Walikota Tarakan serta pejabat daerah lainnya dari sergapan musuh yang
menyanderanya di Dermaga Ferry, Juwata Laut Tarakan, Kalimantan Timur, Jumat
pagi (16/11).
Pasukan Khusus TNI yang terdiri dari Sat 81 Gultor Kopassus TNI AD,
Detasemen Jala Mangkara TNI AL dan Bravo Kopaskhas TNI AU berhasil
membebaskan Walikota Tarakan serta pejabat daerah lainnya dari sergapan
musuh yang menyanderanya di Dermaga Ferry, Juwata Laut Tarakan,
Kalimantan Timur, dalam simulasi Jumat pagi (16/11). Foto: RMOL/Dar Edi
Yoga
Dengan didahului oleh ledakan bom yang mampu memberikan efek kejut dibarengi
rentetan tembakan terarah kepada para penyandera, para personel Pasukan Khusus
TNI bergerak dengan cepat ke tempat ataupun ruangan dimana sandera
berada.
Hal tersebut merupakan bagian dari pola serangan Pasukan Khusus TNI yang cepat,
senyap dan mematikan sehingga pihak lawan dibuat tidak berdaya hanya dalam
hitungan menit. Selanjutnya para sandera berhasil diselamatkan dan dievakuasi
ke tempat yang aman melalui jalur laut dengan menggunakan speedboat.
Begitulah skenario yang terjadi di lapangan dalam rangkaian Latihan Gabungan
TNI tahun 2012, yang berlangsung dari tanggal 11 hingga 30 November 2012
di Tarakan, Kalimantan Timur seperti dilansir dalam siaran pers Dansatgaspen
Latgab TNI 2012, Letkol Laut (KH) Drs. Edys Riyanto.
Turut menyaksikan jalannya latihan pembebasan sandera oleh gabungan Pasukan
Khusus TNI, yakni Komandan Pendidikan TNI AU (Dankodikau) Marsda TNI Ida
Bagus Anom, Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo, Dankorpaskhas Mayjen
TNI Amarullah, pejabat Mabes TNI serta Muspida Kota Tarakan.
Jakarta -
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto mengatakan Indonesia
harus memprioritaskan pembangunan alat utama sistem persenjataan (alutsista)
agar disegani negara lain.
"Indonesia
memiliki potensi untuk membangun alutsista, paling tidak memenuhi standar
minimal essential force, asalkan ada kemauan politik yang kuat," kata
Endriartono di hadapan sekitar seratus mahasiswa peserta Program Pembinaan
Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) di Depok, Jawa Barat, Kamis (15/11).
Mantan Panglima TNI Jenderal
(Purn) Endriartono Sutarto
Endriartono menjadi pembicara utama pada pelatihan PPSDMS yang diikuti
mahasiswa perguruan tinggi negeri dari Jakarta,
Depok dan Bogor
atas undangan pimpinan lembaga tersebut.
Ia menjelaskan, Indonesia adalah negara besar dengan penduduk sekitar 243 juta
jiwa, memiliki sekitar 17.000 pulau besar dan kecil dari Sabang sampai Merauke
serta wilayah laut terpanjang di dunia. "Namun Indonesia sering dilecehkan oleh
negara-negara lain, termasuk oleh negara tetangga," katanya.
Endriartono yang menduduki jabatan sebagai Panglima TNI pada 2002-2006 ini
menjelaskan, ketika terjadi Tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, ia
memerintahkan untuk mengerahkan tank Scorpion milik TNI ke lokasi bencana.
Menurut dia, pengerahan tank Scorpion produksi Inggris ke lokasi bencana untuk
memberikan bantuan kepada korban hidup yang terisolasi. "Namun hal ini
dilarang Inggris dengan alasan melanggar kontrak kerja sama," katanya.
Endriartono kemudian memerintahkan PT Pindad untuk memproduksi panser yang bisa
dioperasikan di lokasi bencana. Dia memberikan tenggat waktu hanya tiga bulan.
"Dalam kondisi terdesak PT Pindad mampu merealisasikannya, meskipun
hasilnya masih seadanya. Panser tersebut dibuat dengan bahan baku antara lain dari sasis produksi
Jepang," katanya.
Endriartono menilai, jika hanya dalam waktu tiga bulan PT Pindad mampu
memproduksi panser meskipun masih sekadarnya, maka jika diberi waktu lebih lama
tentu bisa memproduksi panser yang lebih baik. Ia kemudian memerintahkan lagi
PT Pindad untuk memproduksi panser yang baik tanpa batasan waktu.
"Hasilnya PT Pindad mampu memproduksi panser Anoa, yang kemudian diminati
oleh sejumlah negara," katanya.
Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengakui panser Anoa produksi PT
Pindad memenuhi persyaratan untuk operasional PBB. Endriartono menambahkan,
demikian juga untuk senjata serbu, semula PT Pindad memproduksi senjata jenis
SP1 yang digunakan ketika perang melawan Fretilin di Timor-Timur.
"Setelah diketahui banyak kelemahan, PT Pindad memperbaikinya dengan
memproduksi senjata jenis SS1 dan kemudian SS2, yang memiliki tingkat akurasi
sangat tinggi," katanya.
Endriartono menegaskan, dari pengalaman-pengalaman tersebut, sesungguhnya mampu
memproduksi alutsista secara mandiri, paling tidak untuk memenuhi standar
minimal "essensial force". Jika Indonesia memprioritaskan
pembangunan alutsista, menurut dia, maka disegani negara lain.
Jakarta - KOMANDAN Grup 3/Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD Kolonel
Inf Izak Pangemanan memimpin pelaksanaan serah terima jabatan Komandan Batalyon
(Danyon)-31 Grup 3/Kopassus dari Mayor Inf Riyanto kepada Mayor Inf Edwin
Aldrian Sumantha, S.H., di lapangan Alfred Taarega, Markas Grup 3/Kopassus,
Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (14/11/2012).
Dalam amanatnya, Kolonel Inf Izak menyampaikan bahwa mutasi dan pergantian
jabatan di kehidupan militer merupakan bagian dari realisasi kebijakan dari
pimpinan Kopassus dalam rangka menyiapkan kaderisasi kepemimpinan dalam
menghadapi tantangan tugas di masa mendatang. Selain itu, peralihan tugas dan
jabatan Komandan Batalyon juga merupakan proses pembinaan personel bagi perwira
terkait, yang dimaksudkan untuk lebih memantapkan dan mengembangkan
kepemimpinan dan kemampuan manajerial, sejalan dengan pola pembinaan personel
yang berlaku di lingkungan TNI AD.
Komandan Grup 3/Kopassus TNI AD Kolonel Inf Izak Pangemanan
Grup 3/Kopassus merupakan satu-satunya satuan operasional TNI AD yang
melaksanakan operasi Sandi Yudha (Sandha), baik dalam rangka Operasi Militer
Perang maupun Operasi Militer Selain Perang. Oleh karena itu, Batalyon-31
sebagai salah satu satuan organik Grup 3/Kopassus, para prajuritnya dituntut
untuk dewasa dalam berpikir, berbuat dan bertindak serta memiliki tingkat
intelektual dan profesionalitas yang tinggi agar selalu tanggap dan mampu
menghadapi setiap lawan yang akan mengancam kedaulatan negara dan bangsa
Danyon-31/Kopassus yang baru, Mayor Inf Edwin Aldrian Sumantha, S.H,
merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1997. Selama karirnya, ia telah
berbagai mengikuti pendidikan militer tepat pada waktunya mulai dari Sarcab
Hub, Sarcab IF dan Selapa IF dengan prestasi yang cukup menonjol. Ia juga terpilih
dari sekian puluh kandidat untuk mengikuti Joint Command and Staff Course
(Sesko) di Selandia Baru. Sedangkan beberapa pendidikan
kualifikasi/spesialisasi yang telah ditempuhnya, antara lain : Para, Komando, Sandi Yudha, Jump Master, dan pendidikan
lain yang berkaitan dengan Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Pendidikan
umum tertinggi yang diselesaikannya adalah Post Graduate Diploma of Art dari
Massey University, Selandia baru, setelah sebelumnya menamatkan kesarjanaannya
di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Jakarta.
Sebagai seorang prajurit Kopassus, ia melengkapi dan mengasah kemampuannya
dengan melaksanakan berbagai tugas operasi militer. Mayor Inf Edwin pernah
bertugas di daerah rawan konflik di Indonesia dan juga pernah bertugas
sebagai anggota Kontingen Garuda di bawah bendera pasukan PBB sebagai Pengamat
Militer (Military Observer) di Georgia, sebuah negara pecahan Uni Soviet.
Sementara pejabat lama Mayor Inf Riyanto selanjutnya akan menempati jabatan
baru sebagai Komandan Sekolah Komando Pusdik Passus TNI AD di Batu Jajar, Bandung.
Jakarta - Latihan Puncak TNI
AL Armada Jaya XXXI/2012 sudah hampir sebulan berlalu. Tetapi, kenangan akan
detik-detik penembakan rudal Yakhont belum juga surut. Lambung kapal
eks LST Teluk Berau yang ditempatkan di balik cakrawala sejauh 182 km
sebagai sasaran, berhasil diendus dan dijebol dalam menit kelima. Dan, pada
menit kedelapan kapal ini sudah tenggelam. Tenggelamnya Teluk Berau
agak diluar dugaan pimpinan TNI AL karena menurut spesifikasinya, rudal buatan
Rusia ini hanya “sekadar” melubangi lambung untuk melumpuhkan operasinya. Untuk
menenggelamkannya, kapal perang dan kapal selam TNI AL sudah siap menembakkan Exocet
MM-40 block II dan Torpedo SUT.
Rudal
Yakhont menghantam KRI Berau dan mengirimnya ke dasar laut dalam hitungan
menit.Foto:
Commando
Kegalakan rudal ini serta-merta membuat gembira
KSAL Laksamana TNI Soeparno dan jajaran pimpinan TNI AL, termasuk dua anggota
Komisi I DPR yang ikut menyaksikan penembakan rudal ini dari geladak kapal
markas KRI Surabaya 592. Selain oleh karena kegalakannya, kegembiraan
juga meletup oleh karena dalam uji penembakan sebelumnya di sebuah tempat di
Samudera Hindia, rudal ini gagal mengunci sasarannya. Rudal kemudian hilang dan
tenggelam entah dimana. Operator Rusia yang diperbantukan mengoperasikan rudal
ini dari ruang operasi KRI Oswald Siahaan 354 pulang tanpa membuat
evaluasi apa pun. Sejak itu perwira senjata TNI AL berusaha untuk “menundukkan”
rudal ini tanpa bantuan pihak Rusia.
Lintasan rudal ini cukup menarik untuk
diperhatikan karena berbeda dengan rudal-rudal lain yang biasanya langsung
melesat lurus atau balistik menuju sasaran. Angkasa/Commando
yang mengabadikan detik-detik penembakan Yakhont dari KRI Surabaya,
menyaksikan rudal unik lebih dulu meluncur tegak lurus ke atas dengan kecepatan
rendah dengan asap yang tebal. Setelah mencapai ketinggian kira-kira 120 meter,
rudal sesaat melambat, melepas roket pendorong tingkat pertamanya, lalu segera
melesat dengan kecepatan supersonik dengan mesin pendorong utamanya. Mesin
pendorong utamanya berasal dari jenis ramjet, yang hanya akan berhenti jika
menghantam sasaran atau kehabisan bahan bakar.
Jika dikendalikan secara benar, dia akan
menurunkan ketinggian dan mengunci sasaran dari jarak 40 km terakhir. Pada saat
itu pula radarnya akan menyapu secara aktif 12 mil ke kanan dan 12 mil ke kiri
dari titik sasaran yang sudah di-install di kepalanya. Jejaknya sulit
dilacak radar kapal sasaran karena hanya melayang di ketinggian beberapa meter
saja di atas permukaan laut. Menurut spek-nya, rudal ini sanggup menghantam
sasaran sejauh maksimal 300 km yang bisa ditempuh hanya dalam enam menit. Yakhont
adalah rudal P-800 Oniks versi ekspor buatan NPO Mashinostroyeniya.
Atas keberhasilan ini dua anggota Komisi I DPR yang ikut menyaksikan penembakan
ini akan mendorong pimpinan DPR untuk menyetujui keinginan TNI AL untuk membeli
atau menambah jumlah rudal ini. Sejauh ini, di dunia baru Rusia,
Vietnam, Suriah dan Indonesia
yang memilikinya. India
ikut memproduksinya, namun telah mengubah namanya menjadi BrahMos.
Dari periskop kapal selam KRI Cakra, perwira TNI AL
mengabadikan tiga menit kelabu yang dialami eks LST Teluk Berau. Pertama,
terjadi ledakan di tengah kepal tak lama setelah rudal itu menghantam.
Berikutnya, haluan kapal mendongak ke atas karena buritan terisi air. Beberapa
saat kemudian kapal kemudian tenggelam tegak lurus. “Keberhasilan ini akan jadi
catatan berharga. Kini, kami punya data baringan, jarak dan kondisi, ketika
rudal itu tepat mengenai sasaran. Ini bukan lagi soal kecanggihan rudal, tetapi
kemampuan menembakkannya. Dan, ini tentu akan menjadi deteren yang amat tinggi
bagi kekuatan militer Indonesia,”
ujar Dansatlinlamil, Kolonel Laut (P) Tri Satriya Wijaya, salah seorang Wasdal
Armada Jaya XXXI/2012 kepada Angkasa/Commando.
Jakarta - Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
(PTIK) Farouk Muhammad menilai maraknya teror yang terjadi belakangan ini di
sejumlah daerah, disebabkan dunia intelijen nasional masih merupakan produk
lama.
Ilustrasi. Foto : Net
"Kemampuan intelijen kita baik kualitas maupun
kuantitas masih bentukan intelijen lama, produk lama. Walaupun ada pendidikan
baru tetapi pendekatan dan sosialisasinya cara lama, sementara ancaman sudah
canggih di mana kuantitas kecil tapi kualitas tinggi," kata Farouk di Jakarta,
Rabu.
Dia mengatakan karena cara-cara yang digunakan
intelijen nasional tidak berkembang, akibatnya timbul pertanyaan atas kemampuan
lembaga tersebut dalam mencegah munculnya teror di sejumlah tempat.
Menurut dia, dunia intelijen seharusnya mampu bertindak
cepat, dan bersifat lintas negara dengan menggunakan teknologi informasi
tinggi.
Dia mengharapkan pemerintah dapat mengkaji kembali
sistem intelijen nasional, sebab menurut dia, pendekatan yang dilakukan
intelijen saat ini tidak lepas dari intelijen bentukan orde baru.
"Sekarang dunia intelijen harus lebih banyak
membuka jaringan. Di mana Polisi Masyarakat atau Polmas harus ditingkatkan
perannya, agar pendekatannya dari tingkat bawah dulu baru ke atas," ujar
dia.
Farouk menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan Negara
Uni Eropa pernah menawarkan bantuan untuk mengantisipasi teror di Indonesia.
Namun pada saat itu, Farouk mengatakan bahwa bantuan itu tidak akan berarti apa
pun jika masih dilakukan dengan pendekatan represif.
"Ketika bantuan Amerika Serikat dan Uni Eropa
diterapkan di sini, saya sudah bilang tidak bisa kalau masih fokus ke tindakan
represif, contohnya Densus 88, itu wujud kemampuan represif. Kalau mau mereka
bisa bantu pengembangan Polmas, jadi dari tingkat paling bawah dulu," tuturnya.
"Membangun kendaraan lapis baja bukan bisnis
sederhana". Rusia siap membantu Indonesia
dalam merancang tank ringan.
"Indonesia
tertarik dalam merancang tank ringan. Tentu saja, kami bisa membantu,"
kata Nikolai Dimidyuk, Direktur Rosoboronexport untuk urusan khusus, kepada
media lokal, Senin waktu setempat.
Tank BMP-3F marinir TNI AL. Foto : Menkav-1
Sebagai langkah pertama, menurut Dimidyuk, akan diadakan pertemuan desainer
dari dua negara di kota
Ural Selatan Kurgan, di mana pabrik mesin Kurganmashzavod diharapkan menjadi
tempat konstruksi dan perancangan.
"Membangun kendaraan lapis baja bukan bisnis sederhana," kata
Dimidyuk, seperti dikutip kantor berita Interfax. Mei lalu, Indonesia
membeli 37 kendaraan tempur infanteri BMP-3F Rusia seharga 114 juta dolar AS.
Pekan lalu, desainer kendaraan tempur Rusia mengambil bagian dalam pameran
pertahanan internasional yang diadakan di Jakarta.
Rosoboronexport adalah bagian dari Russian Technologies State Corporation,
satu-satunya perantara lembaga negara yang bertanggung jawab untuk mengimpor
dan mengekspor produk pertahanan serta produk fungsi ganda, teknologi dan jasa.
Perusahaan senjata ini telah bekerjasama dengan lebih dari 70 negara.
Jakarta - Untuk melindungi seluruh wilayah Indonesia
menuntut tersedianya kekuatan yang cukup besar dan handal, namun disisi
kemampuan pemerintah serta prioritas pembangunan nasional belum memungkinkan
untuk menyediakan tambahan anggaran.
Hal tersebut dikatakan Komandan Skadron Udara 45 Lanud Halim Perdanakusuma
Letkol Pnb Muzafar, S. Sos.,MM. pada acara HUT ke-1 Skadron Udara 45 lanud
Halim Perdanakusuma baru-baru ini dalam suatu upacara militer di Hanggar
Skadron Udara 45, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
Sukhoi melintas di barisan TNI AU. Foto : Kanalnews.com
Lebih lanjut dikatakan, dalam kenyataannya harus kita hayati secara sungguh-sungguh
dan oleh karenanya program pembinaan dan pembangunan TNI AU akan terus
dilanjutkan sesuai kemampuan, dengan tetap harus diupayakan agar dengan
kekuatan yang terbatas dapat dihasilkan kesiapan operasional yang optimal.
Untuk itulah HUT Skadron Udara 45 kali ini hendaknya tidak hanya sekedar
diperingati sebagai suatu tonggak sejarah, namun kita dapat menemukan makna dan
hikmahnya yang selanjutnya akan melandasi kiprah pengabdian Skadron Udara 45
dalam menghadapi tugas-tugas dimasa depan.
Upacara tersebut diikuti seluruh anggota Skadron Udara 45 dan sebagai acara
tambahan diresmikan Mushalla Skadron Udara 45 yang ditandai dengan pemotongan
pita.