![]() |
Rudal Yakhont menghantam KRI Berau dan mengirimnya ke dasar laut dalam hitungan menit. Foto: Commando |
Lintasan rudal ini cukup menarik untuk diperhatikan karena berbeda dengan rudal-rudal lain yang biasanya langsung melesat lurus atau balistik menuju sasaran. Angkasa/Commando yang mengabadikan detik-detik penembakan Yakhont dari KRI Surabaya, menyaksikan rudal unik lebih dulu meluncur tegak lurus ke atas dengan kecepatan rendah dengan asap yang tebal. Setelah mencapai ketinggian kira-kira 120 meter, rudal sesaat melambat, melepas roket pendorong tingkat pertamanya, lalu segera melesat dengan kecepatan supersonik dengan mesin pendorong utamanya. Mesin pendorong utamanya berasal dari jenis ramjet, yang hanya akan berhenti jika menghantam sasaran atau kehabisan bahan bakar.
Jika dikendalikan secara benar, dia akan menurunkan ketinggian dan mengunci sasaran dari jarak 40 km terakhir. Pada saat itu pula radarnya akan menyapu secara aktif 12 mil ke kanan dan 12 mil ke kiri dari titik sasaran yang sudah di-install di kepalanya. Jejaknya sulit dilacak radar kapal sasaran karena hanya melayang di ketinggian beberapa meter saja di atas permukaan laut. Menurut spek-nya, rudal ini sanggup menghantam sasaran sejauh maksimal 300 km yang bisa ditempuh hanya dalam enam menit. Yakhont adalah rudal P-800 Oniks versi ekspor buatan NPO Mashinostroyeniya. Atas keberhasilan ini dua anggota Komisi I DPR yang ikut menyaksikan penembakan ini akan mendorong pimpinan DPR untuk menyetujui keinginan TNI AL untuk membeli atau menambah jumlah rudal ini. Sejauh ini, di dunia baru Rusia, Vietnam, Suriah dan Indonesia yang memilikinya. India ikut memproduksinya, namun telah mengubah namanya menjadi BrahMos.
Dari periskop kapal selam KRI Cakra, perwira TNI AL mengabadikan tiga menit kelabu yang dialami eks LST Teluk Berau. Pertama, terjadi ledakan di tengah kepal tak lama setelah rudal itu menghantam. Berikutnya, haluan kapal mendongak ke atas karena buritan terisi air. Beberapa saat kemudian kapal kemudian tenggelam tegak lurus. “Keberhasilan ini akan jadi catatan berharga. Kini, kami punya data baringan, jarak dan kondisi, ketika rudal itu tepat mengenai sasaran. Ini bukan lagi soal kecanggihan rudal, tetapi kemampuan menembakkannya. Dan, ini tentu akan menjadi deteren yang amat tinggi bagi kekuatan militer Indonesia,” ujar Dansatlinlamil, Kolonel Laut (P) Tri Satriya Wijaya, salah seorang Wasdal Armada Jaya XXXI/2012 kepada Angkasa/Commando.
Sumber : Angkasa/Commando
No comments:
Post a Comment