Monday 31 December 2012

Tour of Duty : Timor Timur. Bag 1


Danton 3 Kompi A, Yonif 305/17 Kostrad, Letda Inf. Agustadi Sasongko Purnomo pagi itu sedang mengikuti latihan Ton Yudha Wastu Pramuka Jaya, dari Pusaka Ratu  ke Cikampek dengan jarak 25 km. Tiba-tiba datang seseorang mengaku Lettu CPM mendekat dan memerintah:

” Ikut aku !”

Letda Agus hanya terdiam kemudian dibawa naik jeep ke asrama dan disuruh mengemasi barang-barangnya. Agus kemudian dititipkan ke Korum Yonif Linud 305/Tengkorak.

Letda Agus alias Aguk diperintahkan menghadap Danki A Kapten Inf. Shaleh, tanggal 3 Desember 1975. Ia ditunjuk sebagai Danton di Kompi A Yonif 328, dengan tugas baru, berperang ke Timor Lorosae. Batonnya Sersan Tardi, menyerahkan payung dan senjata yang masih dalam kotak.  Letda Aguk dibekali amunisi 400 butir, logistik untuk 4 hari.

Anggota Peleton Letda Aguk kebanyakanya orang Sunda, sehingga ia mencoba menyapa, “kumaha?”.

"Masuk tentara tahun berapa?"

"Siap 1957 Komandan!"

"Pengalaman operasi?"

"Siap, PRRI/Permesta, Trikora, Dwikora, Penumpasan DI/TII!".

Ternyata anggotanya banyak yang sudah kenyang pengalaman tempur. Mereka pandai mendeteksi musuh dengan cara mencium dedaunan sebagai akan ada kontak atau tidak. Untuk mengimbangi kehebatan para anggotanya, Aguk menggunakan referensi “Buku Primbon Adamakna”. 

Keberangkatan ke Timor Timur berdasarkan Surat Telegram Kasad nomor :STR/116/1975 tanggal 4 Desember 1975 tentang realisasi susunan tempur KOGASGAB SEROJA dan perintah untuk memperkuat susunan tempur KOGASGAB. Radiogram Pangkostrad nomor : TR/700/1975 tanggal 4 Desember 1975 tentang Pemberangkatan Brigif Linud 17/Kujang 1 Kostrad ke daerah operasi dan BP kepada Pangkogasgab Seroja.

Berdasarkan surat tugas itu, Pasukan Aguk terjun pertama kali ke Timor Timur melaksanakan Operasi Serbuan Linud dalam satuan Yonif Linud 328/Dirgahayu, tanggal 9 Desember 1975. Di dalam pesawat tampak banyak wajah-wajah yang takut, kumis meleleh. Untuk membangkitkan semangat tempur anggotanya, Aguk memerintahkan untuk menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung. 

Ada seorang Tamtama bernama Suharno belum pernah terjun, sehingga diperintahkan Aguk untuk menempelnya, jangan lebih dari 5 meter.

Operasi Seroja 1975 Timor Timur
Setelah mendarat ternyata sepi sekali. Anggota banyak yang tercecer dan terpisah. Selain itu banyak  juga yang cedera kaki. Pada tahap pertama terkumpul kekuatan 7 orang dari berbagai satuan. Aguk memerintahkan Kopralnya untuk mengaku sebagai Danton dan menyuruh anggota dari berbagai satuan untuk berkumpul. Kopral itu wajahnya lebih tua sehingga dipercaya, sementara Aguk masih sangat muda.


Tanggal 16 Desember 1975, Aguk selaku Danton 3 Kompi A Yonif 328 melakukan persiapan serangan ke Vamasse, saat melakukan patroli pengintaian dengan sasaran jembatan Maoleden. Esok harinya, pada jam 04.00 WIT patroli tersebut berhasil menyergap pos musuh yang berkekuatan 15 orang dan menewaskan mereka.



Selanjutnya, 22 Desember 1975, gerakan Kompi dilanjutkan ke arah barat untuk merebut, menduduki dan mempertahankan kota Manatuto dengan menyusun pemerintahan sementara di kota tersebut. Rencana gerakan berikutnya adalah merebut dan membersihkan kota Lalea yang diduduki musuh dengan kekuatan 1 Peleton.

Setelah melakukan proses perkiraan yang cepat, lalu diputuskan untuk melakukan serangan Batalyon dengan serangan pokok di sebelah kiri oleh Kompi C, dan di sebelah kanan oleh Kompi B, dengan waktu jam “J” pukul 1100.

Pada saat melintasi sungai Lalea (lebar 500 meter), Kipan C terhambat, Danton nya gugur tertembak musuh. Kipan B berhasil menembus dari sayap kanan sampai masuk kota, puluhan mayat musuh bergelimpangan tertembak atau terkena mortir. Dalam perebutan kota Manatuto tidak ada pertempuran dalam kota, karena sisa-sisa musuh sudah kabur meninggalkan kota. Kota Manatuto dikuasai TNI.

Pasukan Fretelin Timor Timur
Satu tahun bertugas di Timor Timur kemudian Aguk kembali ke kesatuan di Cilodong- Jawa Barat, Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu dengan jabatan Komandan Peleton 3 Kompi A terhitung mulai 1 Oktober 1976.

Dari hasil pengamatannya tentang serbuan Linud ke Timor Timur tanggal 3 Desember 1975,  ada hal-hal yang perlu menjadi catatan bagi satuan Linud. 

Pertama, persiapan satuan operasi terkesan terburu-buru sehingga tidak sempurna, indikasinya :
a. Personil satuan operasi (Yonif 328) tidak lengkap, kebutuhan terpaksa dipenuhi dari satuan Linud lainnya (dari Yonif 305,330, dan Mabrigif 17 sendiri).

 b. Senjata yang digunakan masih baru (M16A1). Masih dalam kotak tersegel, sehingga prajurit tidak sempat “dasar senapan”. Bahkan sebagian besar prajurit banyak yang tidak paham seluk beluk senapan M16A1.

c. Sarana angkutan udara terbatas, sehingga ada penggunaan pesawat komersial Fokker-28.

d. Marshalling Area di Madiun dan Kupang tidak siap betul (seadanya).
 
e. Data intelijen pendukung operasi serbuan linud ke Dilli dan Baucau tidak akurat, sehingga banyak jatuh korban.

f. Prajurit Linud yang diterjunkan di Dilli terkesan tidak profesional, banyak terjadi “salah lirik” dan baku tembak anta kawan, mungkin karena cuaca gelap saat itu, akibatnya banyak jatuh korban sia-sia.

g. 1 Kompi Kopasandha yang tidak di drop di Dilli, karena alasan 2 Jump Masternya tertembak (gugur) dari bawah, sementara pesawat Hercules banyak lubang tertembus peluru. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap dinamika operasi dan moril prajurit lainnya.

h. Operasi Serbuan Linud di Lapangan Terbang Villa Salazar Baucau dilaksanakan pada tanggal 9 Desemeber 1975, pukul 0900, sementara operasi Amfibi Marinir TNI-AL di Laga dan Pantai Baucau tanggal 8 Desember 1975, pukul 1800. Dari segi taktik maka hal ini dinilai kurang tepat, karena musuh yang dipukul oleh Marinir dalam operasi Amfibi mundur kearah selatan (Venilale) melalui Lapangan Terbang dan bertahan secara kuat di ketinggian selatan Lapangan Terbang (di Letter S). Akibatnya, Yonif Linud 328 mendapatkan perlawanan yang ringan dalam perebutan Lapter Villa Salazar, sementara Yonif Linud 330 yang melalui Air Landed melalui pertempuran berdarah-darah yang sengit. Banyak personilnya yang gugur disini.

Pasukan Falintil di Timor Timur
Operasi Serbuan Linud yang dilakukan TNI saat itu, merupakan operasi linud terbesar (dengan jumlah yang terjun lebih kurang 4000 personil) setelah Operasi Merdeka di Padang dan Operasi Mandala di Irian Barat. 

Tour of Duty ke Dua di Timor Lorosae.


Pada tahun 1978, Aguk berangkat untuk kedua kalinya ke Timor Timur. Dengan tetap berbekal buku Primbon sebagai pegangan bila akan bergerak di daerah operasi. Misalkan jam sekian hidup, jam sekian mati, hati-hati dalam kontak senjata. Ramalan-ramalan buku primbon tersebut ternyata banyak cocoknya, sehingga banyak anggota yang menurut atau patuh pada petunjukknya. Dengan referensi buku tersebut, Aguk dikenal dan disegani di kalangan prajurit Yonif Linud 328/Dirgahayu, 305/Tengkorak, dan 330/Tri Dharma.

Tugas pertama yang dibebankan adalah merebut dan menghancurkan Fahimehan, Alas, dan Fatoberliu Komplek. Dilanjutkan dengan merebut sasaran Matabean Komplek. Di sini, komposisi kekuatan GPK terdiri dari Tropaz, Milisi, dan Secundalina dengan perkiraan jumlah senjata 274 pucuk. Sasaran lain adalah merebut sektor tengah utara GPK dari Brigade Choqeu sebagai pasukan komando dengan perkiraan kekuatan senjata 500 pucuk.

Langkah yang ditempuh oleh Kompi A dengan melakukan pengintaian visual terhadap Lororete KV 8739 dari KTG 1362, Fahisoi dari KTG 1343. Kemudian kelompok Kompi Bantuan bersama Kotis Yon bergerak bersama Kompi A. Selanjutnya Mo.81 ditempatkan di Sabona bersama Kompi C memberikan bantuan untuk tembakan senjata lintas lengkung atas sasaran Faninia dan Derohati.


Ketinggian tersebut pada akhirnya dapat direbut setelah Kompi A dapat merebut KTG 1219 pada tanggal 12 Juli 1978. Kemudian tanggal 24 Juli 1978 merebut Lilitei dan Fadanara dengan mendapat perkuatan 1 Peleton dari Kompi C. Hasil daripada operasi ini, 13 orang GPK tewas, 2 pucuk senjata direbut. amunisi, logistik, sepatu, dan magazen di dapatkan.

Suatu ketika, dalam pertempuran Kompi C yang dipimpin Kapten Inf. Syaiful Islam, Dantonnya gugur satu, dan minta bantuan ke Kotis Yon. Kotis menggerakkan peleton Aguk yang tidak jauh dari lokasi untuk merapat kesana. Aguk memerintahkan anggotanya bergerak cepat kesasaran dengan sandi “Biru Dua Datang…Biru Datang Ganti..” yang disampaikan melalui radio PRC. Ternyata sandi ini meningkatkan moril pasukan, sehingga Peleton yang mau tuspur (memutuskan pertempuran) tidak jadi mundur.

Dalam perkembangan selanjutnya, Danki C mengumpulkan para Danton dan memberi Perintah Operasi (PO) serangan malam. Ketika itu, Peleton Aguk di BKO di Kompi C. Ketika rencana berangkat, para Danton ditanya kesiapannya, tetapi banyak yang beralasan, sehingga hanya Peleton Aguk yang diperintahkan berangkat.

Dankipan C/328 Kapten Inf. Syaiful Islam bertanya kepada Aguk:

” Jam berapa berangkat?”

” Maaf Komandan, kalau untuk urusan jam berangkat belum bisa saya jawab sekarang, nanti saja jam 2200 saya akan laporkan kembali”.

Tepat pukul 2200 Aguk melaporkan rencana keberangkatannya kepada Danki, yaitu pukul 00.03 (dua belas lewat tiga menit).

Danki bertanya:

” Kenapa mesti lewat tiga menit?”

” Mbah bilang begitu Komandan, mohon doa restunya semoga berhasil”

Dankipan C/328 hanya terdiam.

Tepat pukul 00.03 Aguk bersama 20 orang prajuritnya berangkat menuju sasaran penyergapan di Ossoliro, dengan perhitungan taktis bahwa pada tengah malam musuh pasti sudah tertidur lelap.

Pada saat serangan malam, sektor kiri dipimpin oleh Lettu Inf. Sjamsul Mappareppa (Pensiun Mayjen). Ketika sudah dekat saran yang jaraknya 500 meter, gerakan peleton diperlambat. Kemudian Aguk menyampaikan berita kepada Sjamsul bahwa musuh berkedudukan di kampung Osoliro Matabean berbaur dengan rakyat, nanti kalau peleton saya merebut Ossoliro pasti musuh akan meloloskan diri ramai-ramai keraah Peleton 1/C/328 (Peleton Sjamsul). Musuh pasti akan berusaha menembus sektor kiri Kipan C/328. Bila butuh bantuan, segera tembakkan flare nanti Aguk akan membantu dengan tembakan SMR-M60.

Ternyata perkiraan taktis Aguk benar. Setelah melalui pertempuran sengit dan berhasil merenut Ossoliro, kekuatan musuh turun jurang ke arah kiri, berusaha menembus pertahanan Peleton Sjamsul. Setelah melihat isyarat flare dari Peleton Sjamsul, dengan sigap Aguk mengambil SMR-M60, diarahkan kedepan pertahanan Peleton Sjamsul. Musuh makin terdesak, dan memutuskan untuk turun jurang menuju Pos Marinir 10 di Quilicai. Malam itu, anggota Marinir disana turut berpesta ria. Musuh habis tidak tersisa. Dengan dikuasainya bukit Ossoliro, gerakan Yonif 328 ke depan semakin terbuka lebar dan lancar.

Dalam mengemban tugas operasi di Timor Timur, ia selalu dapat melaksanakan tugas dengan baik dan anggotanya mempunyai sugesti serta kepercayaan padanya, bahwa kalau bertugas dengan Lettu Inf. Agustadi Sasongko Purnomo, pasti akan berhasil!.

Setahun melaksanakan tugas tempur di Timor Timur, akhirnya pada 1979 kembali lagi kepangkalan satuannya. Selanjutnya pada tahun 1980 bersama Kapten Inf. Soesilo Bambang Yudhoyono ikut Latgab yang dipimpin oleh Jenderal Edy Sudradjat. Latgab ABRI 1980 menggunakan medan latihan Timor Timur, Maluku, dan Papua.

Setahun kemudian, menjadi Kapten Inf. dengan jabatan baru Kasi Pers-3/Pers/328/17, berangkat lagi ke Timor Timur dalam Kompi Kujang Teritorial Intelijen Kombat (KUTERINBAT) dengan jawabatan Wakil Komandan Kompi.

Bersambung



Sumber : Jakarta Greater

No comments: