Beijing - Indonesia
berharap China
dan Jepang dapat menyelesaikan sengketa teritorial maritimnya di gugusan
Kepulauan Diaoyu, Laut China Timur. Kepulauan itu disengketakan dengan Jepang,
yang menyebutnya sebagai Kepulauan Senkaku. "Kami berharap sengketa itu dapat diselesaikan
secara bilateral dengan jalan damai sehingga tidak menganggu stabilitas
kawasan," kata Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, di
Beijing, Jumat.
Foto Udara Kyodo News Menunjukkan bendera Jepang di salah satu pulau di kepulauan Senkaku/Diaoyu yang menjadi sengketa antara Jepang dan China di Laut China Selatan. Foto : Reuters/Antara |
Hal itu disampaikannya saat mengadakan kunjungan
kehormatan kepada Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fan Chang Long.
Indonesia sebelumnya juga telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam rangka mendorong penyelesaian damai di Asia Timur terkait sengketa teritorial di gugusan Kepulauan Diaoyu atau yang dikenal di Jepang sebagai Senkaku. "Indonesia berharap sengketa di Diaoyu dapat diselesaikan damai secara bilateral. Jangan sampai sengketa itu justru menjadi konflik yang makin berkembang dan menganggu stabilitas kawasan," kata Sjafrie menegaskan.
Indonesia sebelumnya juga telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam rangka mendorong penyelesaian damai di Asia Timur terkait sengketa teritorial di gugusan Kepulauan Diaoyu atau yang dikenal di Jepang sebagai Senkaku. "Indonesia berharap sengketa di Diaoyu dapat diselesaikan damai secara bilateral. Jangan sampai sengketa itu justru menjadi konflik yang makin berkembang dan menganggu stabilitas kawasan," kata Sjafrie menegaskan.
Pemerintah China kembali mengirimkan empat kapal
pengintai ke Pulau Diaoyu yang disengketakan dengan Jepang sebagai upaya
menjaga wilayah maritimnya, yaitu Haijian 51, Haijian 26, Haijian 66, dan
Haijian 13. China mengklaim pengiriman keempat kapal perang pengintai itu
untuk mengamankan teritorial maritim China di Pulau Diaoyu atau yang di Jepang
dikenal sebagai Senkaku.
Sementara itu, dari Jepang dilaporkan pihak penjaga
pantai setempat mengatakan bahwa keempat kapal laut pengintai itu terlihat
bergerak di 12 mil laut dari kepulauan. Itu kali pertama sejak 31 Desember dan ke-21 kali
sejak Jepang menasionalisasi kepulauan pulau itu pada bulan
September. Otoritas Jepang juga mencatat satu pesawat jet tempur milik China melintasi
wilayah udara di atas pulau-pulau tersebut pada awal bulan lalu.
Tokyo menanggapi kejadian itu dengan mengirimkan jet tempur dan
mengatakan itu adalah kali pertamanya Beijing
melanggar wilayah udaranya setidaknya sejak 1958. Pada hari Sabtu, pesawat lain milik China mendekati pulau-pulau itu
tanpa memasuki wilayah udara, dan mendorong lagi pengiriman jet-jet tempur
Jepang ke wilayah itu.
Di sisi lain, China
secara terang-terangan mengklaim sepihak hampir seluruh wilayah Laut China
Selatan. Klaim sepihak itu berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan,
karena Brunei Darussalam, Filipina, Viet Nahm, dan Malaysia terganggu kepentingannya.
Sumber : Antara
No comments:
Post a Comment