Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hari ini
(18/12/2012) merilis laporan final hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi
Super Jet (SSJ) -100 yang terjadi pada 9 Mei 2012. Laporan tersebut juga
dirilis di Rusia. Menurut Ketua KNKT Tatang Kurniadi, laporan tersebut, telah
disetujui pihak-pihak yang terkait seperti misalnya otoritas penerbangan
Indonesia, Rusia, AS dan Perancis. AS dan Perancis dilibatkan karena ada warga
negara mereka yang ikut menjadi korban tewas.
![]() |
Telah diketemukan Lokasi Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ100 di Tebing Gunung Salak. Foto: Ist |
Kronologi
Pesawat Sukhoi RRJ-95B, registrasi 97004 dengan nomor penerbangan RA 36801
melakukan tinggal landas dari landasan 06 Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta
pada 14.20 WIB. Pesawat tersebut melakukan penerbangan promosi (demonstration flight) kedua pada hari
itu.
Penerbangan direncanakan dilakukan secara instrumen (Instrument Flight
Rules/ IFR). Ketinggian terbang direncanakan 10.000 kaki selama 30 menit.
Pesawat tersebut diisi bahan bakar yang mampu untuk terbang selama 4 jam.
Dalam penerbangan itu, Pilot In Command (PIC) bertindak sebagai yang
mengemudikan pesawat (pilot flying).
Sedangkan Second In Comand (SIC) atau co-pilot bertindak sebagai pilot monitoring. Di kokpit, pada tempat
duduk observer (jump seat), duduk seorang wakil dari
calon pembeli pesawat tersebut.
Pukul 14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan petugas Jakarta Approach
di Bandara Soekarno-Hatta dan mengabarkan bahwa pesawat telah berada pada
radial 200 HLM VOR dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki.
Dua menit kemudian, pilot minta ijin untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki
serta untuk membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan.
Pukul 14.31 lewat 48 detik, Terrain Awareness Warning System (TAWS) pesawat
memberikan peringatan berupa suara “terrain
ahead, pull up” dan diikuti enam kali suara peringatan “avoid terrain”. Namun PIC justru
mematikan (inhibit) TAWS
tersebut.
Pukul 14.32 lewat 19 detik, terdengar lagi peringatan “landing gear not down”. Peringatan itu
biasanya muncul kalau roda pesawat belum dirurunkan pada saat akan mendarat dan
berada pada ketinggian 800 kaki dari tanah.
Pukul 14.32 lewat 26 detik, berdasar waktu yang tercatat di Flight Data
Recorder (FDR), pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan
28 Nm HLM VOR dengan ketinggian 6.000 kaki.
Tak ikut briefing
Dari fakta yang ditemukan, sebelum penerbangan dimulai, pilot tidak ikut briefing di briefing office Bandara Halim Perdanakusuma. Pihak Sukhoi
justru mengutus seorang petugas dari Indo Asia yang menjadi ground handling Sukhoi selama di bandara
untuk melakukan briefing dengan
ATC. Petugas ground handling
tersebut kemudian memberikan laporan kepada pilot melalui penerjemah.
(Tulisan selengkapnya dapat dibaca pada Angkasa edisi Januari 2013)
(Tulisan selengkapnya dapat dibaca pada Angkasa edisi Januari 2013)
Sumber : Angkasa
No comments:
Post a Comment