Jakarta - Perkembangan
produsen alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri tumbuh subur.
Ibarat jamur tumbuh di musim hujan, para produsen berlomba untuk menguasai
pangsa pasar militer. Sebut saja Pindad, sudah tak terhitung lagi jumlah alutsista yang
diproduksi. Mulai dari peluru, bom peledak, hingga kendaraan berat perang.
"Ini BTN (Bom Tajam Nasional) 250, standar rusia untuk Sukhoi. Dan ini BT (Bom Tajam) 250 standar Nato biasa digunakan untuk F16,F5," kata staf Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PT Pindad Bambang S saat static show alat peralatan pertahanan (Alpalhan) di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.
Selain bom, Pindad juga memamerkan panser produksinya. Seperti Panser anoa
6x6 Command Type. Ada juga Rantis 4x44 MG Pindad Type APC Pendobrak yang cocok
digunakan untuk pertempuran ringan, dan Tactical Vehicle 4x4 HD-V1 command
Type.
Produsen alutsista PT Merpati Wahana Raya juga tidak kalah bersaing.
Perusahaan yang berkantor di Jalan Sudirman Jakarta itu memiliki alutsista
unggulan seperti Ivander Eod, yaitu seperangkat mobil penjinak bom. Dengan dilengkapi berbagai kelengkapan evakuasi, proteksi, disposal, dan
deteksi, membuat kegiatan penjinakkan bahan peledak lebih cepat aman efektif
dan efisien.
Menurut Bambang, ketimbang produsen alutsista dalam negeri lain, PT Pindad
lebih maju dari sisi teknologi. Namun bukan berarti tanpa kelemahan. Salah satu
kelemahan yang masih dialami PT Pindad dari segi pemasaran. "Kita tidak ada stok, kalau ada permintaan baru produksi, karena tidak
diizinkan produksi. Segi pemasaran terbatas," terang Bambang.
Sebanyak 38 perusahaan ikut statistic show, yaitu Working Grup
Rantis 4X4 TNI, Balitbang Kemhan, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AD,
Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AL, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI
AU, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), LIPI, PT Pindad, PT
Dirgantara Indonesia, PT LEN, PT PAL, PT INTI.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment