Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro optimis
penyehatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) Indonesia akan membaik paling
lambat dalam jangka waktu tiga tahun kedepan. Penyehatan alutsista dilakukan
berdasarkan Undang-undang (UU) Industri Pertahanan Negara.
Menhan Purnomo Yusgiantoro Memegang senjata buatan PT. Pindad, dalam pameran militer di Jakarta (8/2). Foto : AFP |
Untuk mencapai semua itu, Purnomo berharap adanya kesatuan persepsi dari
seluruh pimpinan TNI dalam pelaksanaan tugas 2013. Dengan demikian, penguatan
alutsista dapat berjalan sesuai dengan arah kebijakan dan mendapat hasil yang
optimal.
Dalam Rapim TNI 2013 yang berlangsung mulai 28 sampai 30 Januari sebagai bentuk
sarana komunikasi bertukar informasi para pimpinan agar tercapai satu tujuan
dan kesatuan, tindakan serta evaluasi program kerja kinerja organisasi TNI.
Selama hasil evaluasi Rapim TNI sebelumnya, yang menonjol diantaranya adalah
belum terlengkapinya alat utama sistem senjata (alutsista) pengganti dari
sebagian alutsista lama, penggelaran kekuatan TNI yang relatif masih bertumpu
di pulau Jawa, serta keterbatasan dukungan anggaran yang belum mencukupi dalam
mewujudkan kekuatan pokok minimun TNI.
Tujuan Rapim TNI untuk mengevaluasi pelaksanaan pembinaan kekuatan dan
kemampuan serta gelar TNI 2012, menambah wawasan pengetahuan unsur pimpinan TNI
tentang kondisi dan ketentuan yang berlaku berkaitan dengan pelaksanaan tugas
TNI 2013. Rapim sendiri diikuti oleh 165 peserta terdiri dari 4 pimpinan TNI, 47 pejabat
Mabes TNI, 47 pejabat TNI AD, 35 pejabat TNI AL, 22 pejabat TNI AU dan 10
peninjau.
Disamping pelaksanaan Rapim TNI, dalam kesempatan tersebut juga diadakan static
show alat pertahanan dalam negeri di lapangan apel gedung BIII Mabes TNI
Cilangkap. Peserta yang terlibat terbagi 38 perusahaan.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, dalam amanat pembukaan Rapim TNI,
menegaskan, kondisi lingkungan strategis kawasan saat ini penuh dengan ancaman
yang bersumber dari aktor negara maupun non negara. "Bentuk ancaman dan tantangannya beragam. Secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam rupa simetriis dan asimetris," kata Agus.
Namun demikian, yang perlu menjadi catatan bahwa ancaman simetris tidak dapat
dibatasi pada organisasi aktornya, namun juga bagaimana kekuatan, kesenjataan
dan moralnya. Dijelaskanya, ancaman dan tantangan simetris muncul dari kasus seperti sengketa
perbatasan antar negara, perlombaan senjata dan masalah kebebasan penggunaan
laut. Sebaliknya, ancaman asimetris secara umum muncul berupa perompakan,
pembajakan, terorisme, dan lain sebagainya.
Sumber : BeritaSatu
No comments:
Post a Comment