Jakarta - Dalam kunjungan pertamanya ke Jakarta sebagai Panglima Komando
Militer AS di Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel J. Locklear III
menegaskan bahwa posisi Indonesia dan negara-negara lainnya di Asia Pasifik
kini makin strategis di tengah perubahan dinamika kekuatan global. Itulah
sebabnya AS dalam beberapa tahun terakhir menitikberatkan kepentingan
keamanannya di Asia Pasifik.
Panglima Komando Militer AS Kawasan Pasifik, Laksamana Samuel J. Locklear III |
Locklear menyebut pergeseran fokus itu sebagai "Perimbangan Kembali
(Rebalance) Peran AS di Asia Pasifik." Dia menegaskan perimbangan yang
dimaksud bukan bersifat konfrontatif atau untuk menyudutkan negara atau pihak
tertentu. "Ini bukan hanya menyangkut militer tapi juga kebijakan,
diplomasi, dan perdagangan... Perimbangan ini adalah suatu strategi kolaborasi
dan kerjasama," kata Locklear.
Setelah mengakhiri perang di Irak dan Afganistan, AS menggeser fokus
kepentingan keamanannya ke kawasan ini. Itulah sebabnya lebih dari setengah
kekuatan militer laut AS kini ditugaskan beroperasi di kawasan yang terdiri
dari beragam negara itu, termasuk Indonesia. Maka itu, tidaklah heran bila kini Laksamana Locklear memimpin komando
gabungan militer terbesar yang dimiliki AS. Wilayah operasi PACOM meliputi Asia
Pasifik, Asia Timur, dan Asia Selatan.
PACOM dibekali seperlima dari total kekuatan militer AS dan akan memimpin 60
persen dari armada Angkatan Laut Amerika. Saat ini, armada militer AS di
Pasifik diperkuat oleh lima kapal induk dengan kekuatan pendukung, yaitu 180
kapal, 1.500 pesawat, dan 100.000 personel militer aktif.
Locklear memaparkan betapa pentingnya Asia Pasifik bagi kepentingan keamanan
negaranya. "Selama hampir setahun menjabat sebagai panglima, saya makin
kagum atas beragamnya kompleksitas di kawasan ini, yang melingkupi lebih dari
separuh permukaan Bumi dan lebih dari setengah jumlah populasinya. Kawasan ini
punya keragaman yang luar biasa secara sosial, budaya, ekonomi, dan
geopolitik," kata Locklear.
Dia pun memaparkan data yang cukup spesifik dalam menegaskan betapa banyak
dan beragamnya kekuatan di Asia Pasifik saat ini dan itu menjadi perhatian
utama AS. "Kawasan ini punya dua dari tiga ekonomi terbesar di dunia dan
tujuh dari 10 negara terkecil di muka bumi," kata Locklear. "Asia Pasifik juga punya negara yang berpenduduk paling banyak di
dunia, dan juga negara demokratik terpadat, negara berpenduduk mayoritas Muslim
terbanyak, dan republik terkecil," lanjutnya.
Locklear memaparkan bahwa dari segi bisnis dan perdagangan, Asia Pasifik
juga sangat strategis. Kawasan ini "memiliki sembilan dari 10 pelabuhan
terbesar di dunia, dan jalur-jalur laut paling sibuk yang menghasilkan lebih
dari US$8 triliun dari arus perdagangan dua arah yang melibatkan setengah dari
total kargo kontainer dunia dan 70 persen dari kapal-kapal pengangkut bahan
energi melintasi lautan Pasifik setiap hari," kata Locklear.
Di sisi pertahanan dan keamanan, Asia Pasifik dianggap AS sebagai kawasan
yang paling banyak diperlengkapi kekuatan militer. "Kawasan ini punya
tujuh dari 10 kekuatan militer terbesar. Lalu, angkatan-angkatan laut terbesar
dan paling mutakhir berada di Asia Pasifik."
Selain itu, tidak boleh diabaikan bahwa lima dari negara-negara kekuatan
nuklir dunia berada di kawasan ini. "Semua aspek itu, bila dikumpulkan, menghasilkan suatu kompleksitas
strategis yang unik," kata Locklear, yang selama kunjungannya ke Jakarta
menemui Panglima TNI, Menteri Pertahanan, dan para pejabat tinggi Indonesia
lainnya.
"Jadi, kini ada sebanyak hampir 350 ribu personel militer AS yang
berdinas dan tinggal di Asia Pasifik dan bersama mereka juga ada hampir 70 ribu
anggota keluarga mereka. Saya tegaskan bahwa Amerika merupakan kekuatan
Pasifik. Tidak hanya terletak di Pasifik, namun kami juga punya ikatan sejarah
dan ekonomi dengan para negara tetangga sehingga mereka menyadari bahwa kita
punya kepentingan yang signifikan sebagai sama-sama negara di Asia
Pasifik," kata Locklear.
Locklear menyatakan tidak ambil pusing atas ancaman pengurangan anggaran
militer, seperti yang diwanti-wanti oleh Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta,
baru-baru ini karena anggaran baru belum kunjung disetujui Kongres. Masalah
ini, kata dia, tidak saja dialami oleh militer namun juga melanda pos-pos
anggaran lainnya di tubuh pemerintah AS.
"Militer kami memang harus mengantisipasi perkembangan itu... Namun,
kabar baiknya, Presiden Obama sebelumnya menyatakan bahwa Asia Pasifik menjadi
prioritas bagi militer kami di masa depan. Tidak saja militer namun juga
kerjasama di bidang-bidang lain. Jadi, saya perkirakan justru akan ada banyak
interaksi di kawasan ini," kata Locklear.
Soal China
Sebagai panglima PACOM, Locklear mengungkapkan sejumlah tantangan besar yang
harus dihadapi negara-negara Asia Pasifik. Salah satunya adalah perubahan
iklim, yang berdampak pada cuaca dan permukaan laut. "Kondisi itu berpengaruh bagi keamanan masa depan banyak negara di
kawasan ini sehingga kita harus paham bagaimana menghadapinya," katanya.
Ancaman-ancaman lain dari aktor non negara seperti organisasi ekstremis yang
menggunakan kekerasan, organisasi teroris, perdagangan narkoba dan lain-lain,
juga terus mendatangkan masalah. Asia Pasifik pun kini masih dihadapkan pada konflik perbatasan dan kepemilikan
wilayah. Akses dan kebebasan di wilayah laut dan dunia siber juga dilihat
menjadi tantangan yang kian meningkat. Rawannya situasi di Semenanjung Korea
pun masih jadi soal. Begitu pula dengan bangkitnya China dan India sebagai
kekuatan ekonomi baru.
Selain itu, tidak seperti aliansi keamanan NATO di kawasan Amerika dan
Eropa, tidak ada suatu mekanisme pemerintahan tunggal di Asia Pasifik yang
menyediakan suatu kerangka bersama dalam menyelesaikan konflik. "Itulah
sebabnya perimbangan kembali posisi AS menjadi penting bagi Asia Pasifik. Ini
menjadi dasar bagi banyaknya peluang kerjasama AS dengan para negara mitra di
kawasan," kata Locklear.
Dia juga meluruskan sikap AS atas berkembangnya pengaruh China di Asia
Pasifik. Menurut dia, pola hubungan kedua negara itu tidak sedramatis seperti
yang digambarkan media massa. AS, bagi Locklear, tidak melihat China sebagai
ancaman walaupun saat ini sedang bersitegang dengan negara-negara sekutu AS,
seperti Jepang dan Filipina, menyangkut masalah teritori.
Locklear tidak setuju dengan anggapan yang beredar saat ini bahwa AS tengah
berupaya "mengurung China untuk membendung pengaruhnya di kawasan".
Strategi yang diterapkan Washington, menurut Locklear, adalah justru terus
berupaya melibatkan negara komunis itu untuk ikut bertanggung jawab menjaga
stabilitas keamanan di Asia Pasifik.
"Kami mengupayakan hubungan yang bertahan lama dengan China, termasuk
hubungan militer ke militer. Kami berharap bisa mengesampingkan
perbedaan-perbedaan pandangan yang ada dan fokus dalam hubungan yang sama-sama
memberi manfaat bersama, seperti memerangi perompakan dan terorisme, melindungi
jalur komunikasi laut, kerjasama bantuan kemanusian dan penanggulangan
bencana," kata Locklear.
Peran Indonesia
Sebelum datang ke Jakarta, dalam wawancara singkat, Laksamana Locklear
menjelaskan bahwa Indonesia termasuk mitra utama bagi AS dalam menjaga
stabilitas di Asia Pasifik. Itulah sebabnya dalam kunjungan ke Jakarta, dia
juga menegaskan perlunya pengembangan dan penguatan kerjasama keamanan antara
AS dan Indonesia.
Salah satu yang jadi prioritas kedua negara adalah kerjasama keamanan
maritim. "Ini merupakan salah satu elemen yang penting bagi kedua negara,
mengingat Indonesia berada di persimpangan dua lautan besar dan juga di salah
satu jalur distribusi yang paling penting di dunia. "Kepemimpinan negara
Anda di wilayah ini dan begitu juga dukungan kami atas kepemimpinan negara Anda
di kawasan ini akan menjadi kunci untuk bergerak maju," kata Locklear.
Banyak yang telah direncanakan pemerintah kedua negara untuk memperkuat
kerjasama itu. "Begitu pula akan banyak latihan bersama dan juga latihan
di tingkat multilateral yang makin meningkat," kata Locklear. Dalam kunjungannya di Jakarta, dia mengatakan bahwa kerjasama antarmiliter
kedua negara, terutama sejak 2005, juga semakin erat. "Ini juga termasuk
pada kerjasama yang dijalin angkatan laut dari kedua negara. Mengingat letak
Indonesia sebagai negara kepulauan di persimpangan yang strategis, kami berharap
berbagai kerjasama, seperti berbagi informasi soal situasi keamanan di laut,
bisa terus dikembangkan," kata Locklear, yang menjadi Panglima PACOM sejak
Maret 2012.
Dalam suatu diskusi beberapa hari sebelum kunjungan Locklear, seorang
perwira menengah TNI Angkatan Laut mengungkapkan bahwa Indonesia memegang
posisi yang sangat penting bagi banyak negara besar, termasuk AS. "Wilayah
kita ibarat pusat gravitasi keamanan maritim. Itulah sebabnya banyak negara
yang ingin meningkatkan kerjasama yang lebih baik dengan Indonesia," kata
Kolonel Laut Judijanto, perwira dari Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut
(Seskoal).
Kepala Pusat Olah Yudha (War Game Centre) di Seskoal itu mengingatkan
Amerika Serikat telah menjalin kemitraan strategis dengan Indonesia, termasuk
meliputi sektor keamanan maritim. Beberapa negara lain juga menjalin kemitraan
serupa, seperti China, Korea Selatan, dan Jepang. "Bahkan Uni Eropa pun
ingin menjalin kerjasama dengan kita. Begitu pula Inggris," kata
Judijanto.
Dia pun menunjukkan betapa pentingnya perairan-perairan Indonesia bagi
perdagangan dan pelayaran internasional. "Setiap tahun, 63 ribu kapal
melintas Selat Malaka; 3.500 di Selat Sunda, dan 3.900 di Selat
Lombok." Di Selat Malaka, tonase kapal-kapal dagang yang melintas setiap tahun
mencapai 525 juta ton dengan nilai US$390 miliar, di Selat Sunda sebanyak 15
juta ton dengan nilai total US$5 miliar, sedangkan di Selat Lombok sebanyak 140
juta ton senilai US$40 miliar.
Presentasi Judijanto itu mendukung penilaian Duta Besar David
Merrill diplomat veteran yang kini memimpin lembaga persahabatan AS-Indonesia,
Usindo, yang menjadi penyelenggara diskusi--yang sebelumnya memaparkan bahwa
Indonesia memiliki tiga selat kunci bagi perdagangan dan pelayaran global,
yaitu Malaka, Sunda, dan Lombok. "Itulah yang membuat Indonesia punya peran esensial dalam
mempertahankan keamanan maritim di Asia Pasifik, begitu pula dengan perdagangan
dan pelayaran global," kata Merrill.
Sumber : Viva News
1 comment:
LSC sangat trategis bagi Indonesia, sayang tdk dikelola dg baik utk pengamanan laut kita tdk mampu dan ini siatif akhirnya diambil oleh AS oleh krn AS tdk mau pengaruhnya di grogoti Cina. Kepentingan bisnis di Masyarakat Ekonomi Asean meningkat tajam,termasuk Trans Pasifik Partnership dan permintaan minyak Cina sangat besar.
Post a Comment