Wednesday 23 January 2013

TNI Akankah Pilih Tunguska atau Pantsyr Untuk Perkuat Pertahanan Udara Indonesia


Jakarta - TNI AD  tidak mau tanggung-tanggung dalam memodernisasi persenjataan mereka.  Rencana Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow semakin mendekati kenyataan setelah kongres AS memberikan lampu hijau untuk  menjual helikopter itu kepada Indonesia. 

AH 64D Apache Longbow
Selain AH 64 D Apache Longbow, TNI AD juga telah memiliki Letayushiy tank atau tank terbang,  Mi-35P  (Mi-24 NATO). Menurut  Jane’s Defence,  Mil Mi-35P memiliki kesamaan fungsi dengan jenis helikopter AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk, AH-64 Apache, A129 Mangusta dan Kamov Ka-52 Alligator.
Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang, artinya helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.

Rudal HELLFIRE AGM-114R3
Walaupun demikian Helikopter serbu tetap saja memiliki kelemahan dalam medan pertempuran. AH-64 Apache hanya bisa terbang selama 3 jam 9 menit, dan harus turun / menarik diri dari medan pertempuran, untuk pengisian ulang bahan bakar. Karena keterbatasan itu, maka helikopter serbu disebut sebagai alutsista bantuan bagi pertempuran/ serangan darat.

Heli Apache AH 64 maupun Mi35P lebih ditujukan sebagai fungsi Attack (bantuan), menetralisir sasaran yang sulit dituntaskan oleh pasukan darat.

Mi-35 TNI AD
Lalu unit mana yang mengisi posisi defence/ pertahanan,  embeded dengan pasukan kavaleri, jika MBT Leopard 2 dan IFV Marder bergerak di medan pertempuran. Begitu pula dengan perlindungan terhadap MLRS Astros II dan Meriam Caesar 155mm yang baru dibeli. 

Yom Kippur 1973 

Ilustrasi. Perang Yom Kippur 1973
Peperangan Yom Kippur antara Israel dan Mesir bisa memberi gambaran betapa pentingnya rudal pertahanan bagi satuan lapis baja. Pagi  6 Oktober 1973, setelah Brigade lapis baja Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez dan menyapu pasukan Israel di pos terdepan, Angkatan Udara Israel langsung mengudara memburu satuan lapis baja Mesir.  Mereka tidak sadar rudal anti-udara Mesir sudah menunggu di belakang satuan Lapis baja. Ratusan pesawat Israel yang melakukan penyerbuan rontok dimakan SAM Mesir.

Kesalahan Mesir adalah, payung udara ini tidak terus bergerak bersama dengan satuan lapis baja yang terus melaju ke depan.  Akhirnya Israel menemukan celah untuk melakukan serangan balik, mengisolasi satuan lapis baja yang sudah menyeberangi terusan Suez dan melakukan penghancuran. 

Tunguska Atau Pantsyr 

Tunguska M1
TNI AD pun mulai mencari sistem persenjataan anti-udara yang bisa melindungi kendaraan lapis baja saat bergerak di medan pertempuran. Untuk itu Tunguska M1 Anti-Aircraft System milik Rusia (NATO SA-19 Grison) mulai dilirik.

Tunguska M1 merupakan sistem senjata dan rudal, untuk pertahanan udara low level, baik untuk pesawat terbang, helikopter maupaun sasaran darat. Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam keadaan diam maupun saat bergerak, dilengkapi  rudal jarak jauh serta senjata mesin, untuk pertahanan jarak dekat. Tunguska sudah digunakan Angkatan darat Rusia sejak tahun 1998 dan telah diekspor ke Jerman, India, Peru, Maroko dan Ukraina.

Pantsir-S Short-range air defense system
Dengan kecepatan maksimum 900 meter/second, rudal ini mampu membidik sasaran darat 15  meter hingga 6 km untuk sasaran darat dan 6 hingga 15 km untuk sasaran udara.  Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel 30mm anti-aircraft guns yang bisa menyemburkan peluru 5000 butir per menit dengan jarak 3 km untuk sasaran udara. Untuk sasaran udara bisa mencapai 4 km. Radar Tunguska mampu menjejak musuh dikejauhan 18 km dan mulai bisa tracking di jarak 16 km. 

Pantsyr S1  

Pilihan lainnya adalah senjata sistem pertahanan udara jarak dekat Pantsyr-S 1 (SA-22 Greyhound). Senjata ini lebih maut  untuk menangkis berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali, precision-guided munition hingga unmanned air vehicles. Pantsyr juga bisa menghantam  light-armoured ground targets.

Pantsyr S-1 (tracked)
Produsen pantsyr S1 sama dengan Tunguska M1, didisain oleh  KBP Instrument Design Bureau, di  Tula dan dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia. Pantsyr diyakini lebih akurat dibandingkan Tunguska M1, karenasistemnya pun lebih baru.  Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi dan beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system

Pantsyr didisain untuk menghadapi semua tipe target, khususnya high-precision weapons. Pantsyr ini dioperasikan oleh Uni Emirate Arab sejak tahun 2007.  Suriah menerima sekitar 50 pantsyr  pada tahun 2008. Jordiania juga memesannya dengan jumlah yang dirahasiakan.

Pantsyr S1 surface-to-air missiles

Pantsyr S-1
Pantsyr-S1 mengusung 12 rudal 57E6 permukaan-ke-udara dengan hulu ledak  16 kg. Rudal ini memiliki berat 65kg dan memiliki kecepatan maksimum 1,1 km/ detik dengan daya jangkau 1 hingga 12 km. Dua laras  senjata 2A72 30mm dilengkapi dengan ratusan peluru dari berbagai amunisi (HE (high-explosive) fragmentation, fragmentation tracer and armour-piercing with tracer). Maximum rate of fire  2500 peluru/ menit per-laras dengan jangkauan mencapai 4 km.

Jarak deteksi sasaran 30 km dan tracking 30km. Air defence system ini mampu menjejak benda sebesar  2cm² hingga 3cm²  untuk target sejauh 24 km. Radar Pantsyr dapat menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya menuju sasaran. Rudal ini dipasang di truk The Ural-5323 truck  8×8 atau di kendaraan lapis baja (tracked).

Pantsyr Chasis Ural Truck 8x8
Ada baiknya yang dipilih adalah Pantsyr yang menggunakan platform tank (roda rantai/ tracked) agar bisa mengikuti pergerakan MBT Leopard/ IFV Marder serta lapis baja kavaleri lainnya. Kasus perang Yom Kippur 1973 menunjukkan, satuan pertahanan udara Mesir tidak bisa mengikuti  kecepatan pergerakan lapis baja, menyebabkan payung udara bagi lapis baja  bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel.

Jika ke depan TNI jadi membeli  sistem persenjataan pertahanan udara jarak  jauh  seperti S-400 atau S-300 maka Pantsyr juga bisa melindungi S 300 tersebut. Membeli Pantsyr dan S-300 adalah harga yang terlalu murah untuk melindungi ratusan juta penduduk Indonesia serta menjaga wilayah Indonesia yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke beserta kekayaannya yang melimpah.

Hal itu pula yang diyakini oleh Vietnam. Meski ekonomi mereka relatif  lebih lemah dari Indonesia, namun untuk urusan menjaga tanah air dan rakyatnya, Alutsista nomer 1 yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo, Frigate Gepard Class Rusia, serta 40 Rudal Pertahanan pantai Bastion-P Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles.



Sumber : Jakartagreater

No comments: