Jakarta - TNI
AD tidak mau tanggung-tanggung dalam memodernisasi persenjataan
mereka. Rencana Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow semakin mendekati
kenyataan setelah kongres AS memberikan lampu hijau untuk menjual
helikopter itu kepada Indonesia.
AH 64D Apache Longbow |
Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan
dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis
baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang, artinya helikopter
ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.
Rudal HELLFIRE AGM-114R3 |
Heli Apache AH 64 maupun Mi35P lebih ditujukan sebagai fungsi Attack
(bantuan), menetralisir sasaran yang sulit dituntaskan oleh pasukan darat.
Lalu unit mana yang mengisi posisi defence/ pertahanan, embeded dengan
pasukan kavaleri, jika MBT Leopard 2 dan IFV Marder bergerak di medan
pertempuran. Begitu pula dengan perlindungan terhadap MLRS Astros II dan Meriam
Caesar 155mm yang baru dibeli.
Yom
Kippur 1973
Peperangan Yom Kippur antara Israel
dan Mesir bisa memberi gambaran betapa pentingnya rudal pertahanan bagi satuan
lapis baja. Pagi 6 Oktober 1973, setelah Brigade lapis baja Mesir berhasil menyeberangi
Terusan Suez dan menyapu pasukan Israel di pos terdepan, Angkatan Udara Israel
langsung mengudara memburu satuan lapis baja Mesir. Mereka tidak sadar
rudal anti-udara Mesir sudah menunggu di belakang satuan Lapis baja. Ratusan
pesawat Israel
yang melakukan penyerbuan rontok dimakan SAM Mesir.
Kesalahan Mesir adalah, payung udara ini tidak terus bergerak bersama dengan
satuan lapis baja yang terus melaju ke depan. Akhirnya Israel menemukan celah untuk melakukan serangan
balik, mengisolasi satuan lapis baja yang sudah menyeberangi terusan Suez dan melakukan
penghancuran.
Tunguska Atau Pantsyr
Tunguska M1 |
Tunguska M1 merupakan sistem senjata dan rudal, untuk pertahanan udara low
level, baik untuk pesawat terbang, helikopter maupaun sasaran darat.
Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam keadaan diam
maupun saat bergerak, dilengkapi rudal jarak jauh serta senjata mesin,
untuk pertahanan jarak dekat. Tunguska sudah digunakan Angkatan darat Rusia
sejak tahun 1998 dan telah diekspor ke Jerman, India, Peru, Maroko dan Ukraina.
Dengan kecepatan maksimum 900 meter/second, rudal ini mampu membidik sasaran
darat 15 meter hingga 6 km untuk sasaran darat dan 6 hingga 15 km untuk
sasaran udara. Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel 30mm
anti-aircraft guns yang bisa menyemburkan peluru 5000 butir per menit dengan
jarak 3 km untuk sasaran udara. Untuk sasaran udara bisa mencapai 4 km. Radar Tunguska mampu menjejak musuh
dikejauhan 18 km dan mulai bisa tracking di jarak 16 km.
Pantsyr
S1
Pilihan lainnya adalah senjata sistem pertahanan udara jarak dekat Pantsyr-S
1 (SA-22 Greyhound). Senjata ini lebih maut untuk menangkis berbagai
jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali,
precision-guided munition hingga unmanned air vehicles. Pantsyr juga bisa menghantam
light-armoured ground targets.
Pantsyr S-1 (tracked) |
Pantsyr didisain untuk menghadapi semua tipe target, khususnya high-precision
weapons. Pantsyr ini dioperasikan oleh Uni Emirate Arab sejak tahun 2007.
Suriah menerima sekitar 50 pantsyr pada tahun 2008. Jordiania juga
memesannya dengan jumlah yang dirahasiakan.
Pantsyr S1 surface-to-air missiles
Pantsyr S-1 |
Jarak deteksi sasaran 30 km dan tracking 30km. Air defence system ini mampu
menjejak benda sebesar 2cm² hingga 3cm² untuk target sejauh 24 km.
Radar Pantsyr dapat menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya menuju
sasaran. Rudal ini dipasang di truk The Ural-5323 truck 8×8 atau di kendaraan
lapis baja (tracked).
Ada baiknya
yang dipilih adalah Pantsyr yang menggunakan platform tank (roda rantai/
tracked) agar bisa mengikuti pergerakan MBT Leopard/ IFV Marder serta lapis
baja kavaleri lainnya. Kasus perang Yom Kippur 1973 menunjukkan, satuan pertahanan udara Mesir
tidak bisa mengikuti kecepatan pergerakan lapis baja, menyebabkan payung
udara bagi lapis baja bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel.
Jika ke depan TNI jadi membeli sistem persenjataan pertahanan
udara jarak jauh seperti S-400 atau S-300 maka Pantsyr juga
bisa melindungi S 300 tersebut. Membeli Pantsyr dan S-300 adalah harga yang terlalu murah untuk melindungi
ratusan juta penduduk Indonesia
serta menjaga wilayah Indonesia
yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke beserta kekayaannya yang melimpah.
Hal itu pula yang diyakini oleh Vietnam. Meski ekonomi mereka
relatif lebih lemah dari Indonesia, namun untuk urusan menjaga tanah air
dan rakyatnya, Alutsista nomer 1 yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo, Frigate
Gepard Class Rusia, serta 40 Rudal Pertahanan pantai Bastion-P
Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles.
Sumber : Jakartagreater
No comments:
Post a Comment