Nunukan - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid mengingatkan agar wawasan
kebangsaan masyarakat di wilayah perbatasan harus terus ditumbuhkan karena
perbatasan adalah wilayah strategis dan berpotensi terjadi ancaman
disintegrasi. "Dari perspektif politik, wilayah perbatasan merupakan cerminan diakuinya
eksistensi negara," kata Ahamd Farhan Hamid ketika menyampaikan pidato
pada Dialog antara Pimpinan dan Anggota DPR RI dengan Muspida Provinsi
Kalimantan Timur di Nunukan, Kamis (13/12).
Daerah Perbatasan Indonesia - Malaysia |
Delegasi MPR RI yang dipimpin Ahmad Farhan Hamid melakukan kunjungan kerja ke
Kabupaten Nunukan, untuk melihat langsung persoalan masyarakat di wilayah
perbatasan yakni di Pulau Sebatik pada 11-13 Desember 2012. Dialog tersebut dihadiri Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Anas Yusuf, Kasdam
Kodam VI/Mulawarman Brigjen TNI Wiryanto, serta Kepala Badan Pengelola Kawasan
Perbatasan dan Daerah Tertinggal Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Frederik
Bid, mewakili gubernur.
Rombongan MPR RI beranggotakan Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin,
beberapa ketua fraksi di MPR RI yakni Muhammad Jafar Hafsah (FPD), Tb
Soenmandjaya Rukmandis (FPKS), Martin Hutabarat (FGerindra), dan Yasonna Laoli
(FPDIP).
Anggota MPR RI lainnya, adalah Farida Padmo Ardans (FPD), Aus Hidayat Nur
(F-PKS), Nanang Sulaiman (F-PPP), serta anggota MPR dari kelompok DPD yakni
Luther Kombong, Muslihuddin Abdurrasyid, dan Kadek Arimbawe.
Farhan menjelaskan, dari sisi pertahanan dan keamanan, wilayah perbatasan
adalah aset yang harus dipertahankan demi kelangsungan kedaulatan negara.
Kemudian dari sisi ekonomi, kata dia, wilayah perbatasan merupakan indikator
penting bagi terselenggaranya hubungan ekonomi pusat-daerah secara
desentralistik.
Karena itu, menurut dia, wilayah perbatasan perlu mendapat perhatian khusus
serta komitmen tersendiri, terutama dengan menciptakan wawasan kebangsaan bagi
masyarakat setempat. "Saya metakini, setiap individu memiliki rasa
kebangsaan dan wasawan kebangsaan dalam perasaan dan pikiran, paling tidak
dalam hati nurani," tuturnya.
Menurut dia, realtasnya rasa kebangsaan adalah sesuatu yang bisa dirasakan tapi
sulit dipahami, tapi ada getaran resonansi pada saat rasa kebangsaan tersentuh.
Rasa kebangsaan tersebut, menurut dia, bisa muncul atau terpendam secara
berbeda pada setiap orang dengan naluri kejuangannya masing-masing. "Rasa
kebangsaan ini bisa juga muncul dalam kelompok yang potensi kekuatannya luar
biasa," ujarnya.
Wakil Ketua MPR RI dari kelompok DPD ini menjelaskan, rasa kebangsaan adalah
kesadaran berbangsa yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, aspirasi perjuangan
masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan masa kini.
Farhan menambahkan, dinamika rasa kebangsaan dalam mencapai cita-cita bangsa
berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yang kemudian menjadi semangat
kebangsaan. Ia menegaskan, negara harus bisa menjamin rasa kebangsaan
masyarakat di wilayah perbatasan tetap terjaga melalui pembangunan yang merata
dan berkeadilan.
Sumber : Republika
No comments:
Post a Comment